Mohon tunggu...
Siti Najma Kamila
Siti Najma Kamila Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah 3 Remaja dan Pohon Ajaib

28 Maret 2024   10:05 Diperbarui: 28 Maret 2024   10:14 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ivy, Iris, dan istriku tercinta, jaga diri kalian baik-baik. Ayah berpesan kepada Ivy dan Iris untuk selalu membantu ibumu, jangan banyak bermain apalagi sampai merepotkan ibumu. Ayah akan kembali dengan membawa coklat dan roti kesukaan kalian. Iris, jangan pernah kamu melanggar peraturan yang ayah terapkan.. Kamu tahu konsekuensi apa yang akan kamu dapatkan jika melanggarnya lagi," pesan Pak Josh.

Setelah berpamitan, Pak Josh beserta kedua sahabatnya pergi. Bu Ema, Ivy, dan Iris melambaikan tangannya kepada Pak Josh sambil menangis. Namun, setelah menangis tiba-tiba Iris tersenyum dan tertawa kecil. Dibenak Iris, ia akan merasa bebas tanpa kehadiran ayahnya. Bu Ema yang melihat itu, segera menyuruh Iris masuk ke kamarnya agar tidak ada kemungkinan buruk yang ia lakukan. Ivy yang mengantarkan Iris ke dalam kamarnya. 

5 hari berlalu. Hari ini adalah jadwal Iris untuk menagih utangnya secara bebas. Seperti biasanya, Ivy akan mendampinginya. Iris dan Ivy berpamitan kepada Bu Ema. Iris mengatakan kepada Ivy bahwa mereka akan pergi ke toko roti yang terletak jauh karena toko roti biasanya tutup. Toko roti ini memang tutup setiap hari Rabu.  Ivy mengikuti Iris tanpa kecurigaan sedikitpun. Iris merasa senang karena Ivy mempercayainya.

Setelah lama berjalan, Ivy mulai merasakan hal-hal aneh. Jalanan yang mulai curam dan licin, banyak sekali tanaman liar yang tajam, berduri, serta beracun. Cuaca yang ia lihat juga mulai mendung, Ivy menyarankan untuk segera putar balik dan pulang. Namun Iris menolak. Ia menarik kencang tangan Ivy lalu berjalan dengan cepat. Ivy yang mulai curiga akan membawanya ke tempat berbahaya itu mulai menangis dan memberontak.

"Jangan Iris, jangan. Tolong jangan pergi ke tempat itu. Aku sangat takut. Kamu tidak mendengarkan perintah ayah? Mereka akan sangat kecewa kepadaku karena tidak bisa menjagaku. Tolong Iris lepaska-" ucapan Ivy terpotong.

"Ivy, ikuti perintahku atau kamu akan aku dorong ke jurang itu? Jangan takut, kamu tidak mengerti tempat itu." ucapan Iris.

Lalu mereka berhenti sejenak. Iris memegang tangan Ivy dan menatapnya.

"Ivy, apakah kamu tahu? Tempat itu memang berbahaya. Mereka yang hilang dan dianggap mati, kenyataannya tidak begitu. Ada ancaman yang memang mereka hadapi. Aku tahu semua ini dari Felix. Dia adalah saksi hidup yang melihat semua kejadian disana. Kata semua orang disini, semua orang yang pergi kesana akan mati kan? Buktinya, Felix masih bisa kembali dengan hidup. Ia meminta bantuanku. Ayahnya pergi kesana dan betul, ada penyihir jahat yang menginginkan tumbal untuk kesaktiannya. Ayahnya dijebak dan ditangkap oleh penyihir itu bersama orang-orang hilang lainnya. Tapi sampai saat ini, penyihir itu tidak bisa membunuh siapapun karena kenyataannya jika penyihir itu berniat untuk mengambil nyawa mereka sekarang, justru ia yang akan mati tersiksa. Saat ini terhadapat 37 orang. Ia harus membutuhkan 40 orang agar bisa menjalani ritualnya. Kurang 3 orang lagi. Jika penyihir itu bisa mendapat 3 korban lagi, baru.. dia bisa menjalankan misinya. Aku ingin menggagalkan hal itu. Jika ada 3 nyawa yang tertangkap lagi, habislah nyawa mereka. Termasuk, Om Aron. Kekuatannya akan sangat sakti, tidak ada yang bisa melawannya. Bahkan dia akan sangat membahayakan bagi desa kita. Kita harus menyelamatkan orang-orang disana." Kata Iris dengan serius.

Ivy terkejut bukan main. Karena mendengar hal itu, ia ingin membantu Iris. Namun ia bingung.

"Iris, tapi bagaimana jika kita gagal? Kita tidak tahu apapun disana kecuali Felix," ucap Ivy ketakutan.

"Tenang Ivy, Felix akan bersama kita. Ia telah menunggu di bawah pohon sana. Paman sedang tidak ada, gerbangnya memang dikunci, tapi Felix punya kuncinya," ucap Iris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun