Mohon tunggu...
Najla Maharani
Najla Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Sastra Belanda, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyelusuri Sejarah: Representasi Masa Bersiap dalam Lagu "Bersiap" Karya Wouter Muller

12 Desember 2023   07:00 Diperbarui: 14 Desember 2023   15:13 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bersiap – deed nieuwe hoop verdwijnen

bersiap – werd het begin van het einde

Terdapat penggalan kata “Bersiap bersiap” dalam lagu dapat diartikan sebagai penggunaan masyarakat Belanda untuk menyebut periode Bersiap. Masyarakat Belanda menyebut masa Bersiap karena karena kerap terdengar seruan "Siap! Siap!" oleh kelompok pro-Republik Indonesia pada masa itu. Para Pemoeda akan menyerukan kata "Siap! Siap!" sembari mengangkat senjata ketika ada orang-orang yang dinilai menjadi musuh bagi revolusi kemerdekaan Indonesia, memasuki wilayah pro-republik (Rosihan Anwar, 2010).

Kemudian, frasa seperti "hoorden van verre steeds vaker dat geroep" (mendengar teriakan dari jauh) dapat mengindikasikan ancaman atau ketakutan yang berkembang selama masa bersiap bahwa kekerasan yang terjadi selama masa Bersiap sangat mengerikan. Di masa itu terjadi penjarahan dan pembunuhan. Peristiwa pembunuhan tersebut disertai penyiksaan keji dan pemerkosaan. Hal tersebut menimbulkan rasa takut dan terancam yang dirasakan oleh etnis Eropa dan Indo-Eropa. Lalu, pada kalimat "Pemuda’s * met bambu runcing * dreven hen in het nauw" (Para pemuda bersiap  dengan bambu berlari menyudutkan mereka) dapat menggambarkan aksi pemuda yang menggunakan bambu runcing, sebagai simbol perlawanan atau protes dalam periode bersiap. Hal ini dapat dimaknai sebagai agen perubahan atau kekuatan yang mendorong perubahan. "Met rood wit blauwe vlaggen zonder blauw" (dengan bendera merah putih biru tanpa biru) menunjukkan perubahan atau modifikasi pada bendera dengan menghilangkan warna biru, yang bisa diartikan sebagai identitas nasional Indonesia, yaitu warna merah dan putih. Hal ini juga bisa diartikan sebagai tindakan perlawanan atau perubahan.

Secara garis besar, digambarkan bahwa lagu Bersiap oleh Wouter Muller ini mencerminkan interpretasi atau pandangan terhadap periode bersiap, dengan menyoroti perubahan simbol, peran pemuda, dan dampak politik atau sosialnya. Lagu ini menggambarkan dan merepresentasikan Masa Bersiap di Indonesia dari perspektif Indo-Belanda ditandai dengan terjadinya huru-hara, pembantaian, dan perampokan massal yang dilakukan oleh masyarakat pro-kemerdekaan. Lagu tersebut menggambarkan keadaan orang-orang yang mencoba memulai hidup baru di tengah kekacauan tersebut, namun mereka sering mendengar suara-suara yang menakutkan (merujuk pada kekerasan yang terjadi).

Referensi: 

Oostindie, Gert, et al. Serdadu Belanda di Indonesia, 1945-1950: Kesaksian Perang pada Sisi Sejarah yang Salah. Translated by Moeharti Soesani Moeimam, et al., Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016.

Reynara, Ezra Jan. “Representasi Indonesia Melalui Lagu Karya Wieteke van Dort, Anneke Gronloh, Rosy Pereira dan Dries Holten (Rosy & Andres).” 2022. https://lib.ui.ac.id/detail?id=20520390&lokasi=lokal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun