Mohon tunggu...
Najla Durrotulhikmah
Najla Durrotulhikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswa 2023

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Strategi Politik Branding Prabowo Subianto melalui Media Tradisional dan Media Digital dalam Pemilu 2024

27 Desember 2024   02:05 Diperbarui: 27 Desember 2024   03:04 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Terakhir peran baliho dalam media tradisional yang menampilkan kampanye berisi tulisan yang cukup provokatif: "Diremehin, Dihujat, Difitnah, Disenyumin Aja", dengan gambar pasangan Prabowo-Gibran yang terpasang di berbagai ruas jalanan Jakarta menjadi sorotan publik. Bukan hanya di Jakarta, baliho serupa juga tersebar di daerah-daerah penyangga ibu kota, seperti Depok, Bekasi, Bogor, Tangerang, dan Tangerang Selatan. Menurut Anggawira yang merupakan seorang anggota tim pemenangan, dalam keterangan yang dilansir oleh detik.com pada 24 November 2023 "Ya, ini salah satu konsep dan komitmen bersama. Kita sering diserang, difitnah, sesuai arahan pak Prabowo -Gibran kita senyumin aja dan tetap tenang bekerja untuk hadirkan program terbaik untuk masyarakat". Dapat dinilai strategi pemasangan baliho ini menunjukkan pendekatan yang berbeda dalam kampanye, yaitu berfokus pada citra diri agar tidak mudah terpengaruh oleh kritik atau serangan dari lawan. Pendekatan seperti ini, mencerminkan konsistensi untuk menjaga citra positif di tengah persaingan politik yang ketat.

Source: https://news.detik.com/pemilu/d-7053867/baliho-disenyumin-aja-prabowo-gibran-tersebar-di-jabodetabek

            Walaupun disebut media tradisional, perannya tetap relevan dan efektif dalam strategi komunikasi politik khususnya dalam menjangkau kelompok masyarakat yang kurang terhubung dengan media digital atau sebagai alat untuk mendapatkan simpati pemilih. meskipun demikian dalam membangun kedekatan emosional dan memperkuat citra positif, pentingnya bagi masyarakat agar tetap kritis terhadap berbagai bentuk media kampanye. Pesan-pesan yang di salurkan pada media tradisional pun harus tetap diinterpretasikan dengan hati-hati agar tidak terjebak dalam narasi yang memanipulasi opini publik. Agar tetap terjaga integritas demokrasi dan memberikan solusi konkret untuk kebutuhan masyarakat.

            Bukan hanya media tradisional saja, karena terdapat penetrasi internet yang semakin luas, media digital pun menjadi saluran penting dalam komunikasi politik bagi masyarakat. Pemanfaatan platform seperti Tiktok, Instagram, X (Twitter) dalam menciptakan pendekatan emosional dengan audiensnya. Dalam konteks Prabowo, melalui media sosial ia menyebarkan vidio kampanye yang menarik, informatif dan seringkali menggugah emosi. Seperti penggunaan algoritma untuk menargetkan iklan agar tepat sasaran kepada kelompok demografis tertentu seperti pemilih pemula dan kelas menengah serta respon cepat terhadap tren atau isu-isu tertentu menjadi strategi digital yang efektif.

            Dalam penggunaan media digital, Prabowo menggunakan platform Tiktok sebagai strategi branding politik dalam pemilu 2024. Sebagai contoh, pada 11 November 2023 akun tiktok milik Chand Kelvin membagikan video Prabowo yang berjoget dengan narasi "emang boleh se gemoy ini." Hal ini sejalan dengan penelitian Rachman dalam 'Pengaruh Identifikasi Diri dalam Personal Branding Prabowo Subianto di PEMILU 2024 melalui TikTok terhadap Keputusan Pemilih Pemula Universitas Djuanda' ia mengungkapkan salah satu ciri khas Prabowo yang mencuri perhatian publik adalah julukan "gemoy," yang dimana julukan ini menjadi populer di kalangan generasi muda, terutama pengguna media sosial seperti Tiktok, Instagram, dan X (Twitter). Menurut Fahlevi dalam jurnal Boeky berjudul 'Capres 'Gemoy': a Personal Branding Analisis on Prabowo Subianto for the ,2024 Presidential Election", istilah “gemoy” sering digunakan untuk menggambarkan rasa kagum atau ketertarikan terhadap sesuatu atau seseorang yang dianggap menggemaskan atau menarik perhatian.

Source: https://vt.tiktok.com/ZS6MpgjmP/

            Penampilan publik Prabowo tersebut mendukung citra yang di anggap menggemaskan oleh pendukungnya. Strategi ini terbukti efektif, terutama pada pemilu 2024 banyak generasi muda termasuk Gen Z atau pemilih pemula yang ikut berpartisipasi. Dengan membangun citra yang relevan dan relatable melalui media digital, Prabowo berhasil menarik perhatian segmen pemilih pemula yang seringkali mengonsumsi konten berbasis hiburan di media sosial. Dapat di pastikan dalam postingan yang di unggah oleh akun @terlalujujur dalam platform X pada 10 Februari 2024 voting intention menunjukkan poling Prabowo-Gibran naik menjadi 53% setelah terdapat tren "gemoy."

Source: https://x.com/terlalujujurr/status/1756319532724134370?t=1VwdMm5SnfW8CaAg4uRGhw&s=08

            Dapat diamati bahwa penggunaan media digital juga memberikan keuntungan seperti jangkauan yang luas dan vitalitas, hal ini memungkinkan pesan politik yang disampaikan tersebar dengan cepat. Melalui pendekatan ini Prabowo tidak hanya mendapatkan popularitas tetapi juga menciptakan kedekatan emosional dengan pemilih muda karena Prabowo bukan hanya sosok yang serius, dalam dirinya juga terdapat sosok yang humoris serta ramah. Dalam konteks politik, strategi ini menyatakan bahwa adaptasi yang cerdas terhadap perubahan tren komunikasi menjadi elemen kunci pada digitalisasi yang membangun hubungan dengan masyarakat terutama generasi muda.

            Dalam pemilu 2024 ini strategi branding politik yang menggunakan media tradisional dan digital memang memiliki peran penting dalam membentuk citra politik seorang kandidat. Namun, meskipun hal tersebut memberikan manfaat yang signifikan tantangan besar tetap ada, salah satunya polarisasi politik. Yang di mana ketergantungan masyarakat terhadap media sosial seringkali mengakibatkan penyebaran disinformasi dan narasi negatif yang berdampak negatif yaitu membuat kericuhan sehingga memecah belah beberapa pihak. Dapat ditanggapi, Prabowo Subianto dan tim kampanyenya mengambil tindakan seperti komunikasi politik yang inklusif, seperti merangkul berbagai lapisan masyarakat serta merancang narasi yang emosional namun tetap tenang dalam menghadapi persaingan.

           Fenomena dari strategi branding Prabowo ini dapat dikaitkan dengan teori komunikasi yaitu Uses and Gratifications menjelaskan bagaimana masyarakat aktif memilih konten politik yang sesuai dengan preferensi mereka. Dalam konteks ini, tim Prabowo memanfaatkan pemahaman tersebut untuk menciptakan konten yang relevan dan menarik bagi audiens. Mereka menggunakan berbagai platform media, baik tradisional maupun digital, untuk menyebarkan pesan-pesan yang resonan dengan kebutuhan, sesuai zaman dan harapan masyarakat. Misalnya, memposting visi misi dengan iklan AI atau cara yang unik, menggunakan sebutan seperti “gemoy” di dunia maya, atau membuat vidio yang mencerminkan kedekatannya dengan masyarakat, melalui hal itu tim Prabowo berhasil menarik perhatian generasi muda yang lebih aktif di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun