Mohon tunggu...
Najibullah Zaki Munib
Najibullah Zaki Munib Mohon Tunggu... Lainnya - belum bekerja

Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Perkuliahan Sosiologi Hukum

8 Desember 2024   09:58 Diperbarui: 8 Desember 2024   10:11 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum adalah disiplin ilmu yang mengkaji interaksi antara hukum dan masyarakat. Disiplin ini mempelajari bagaimana hukum muncul, diterapkan, dan diikuti dalam berbagai konteks sosial. Selain itu, sosiologi hukum juga memeriksa pengaruh faktor-faktor sosial, seperti kekuasaan, ekonomi, budaya, dan nilai-nilai masyarakat, terhadap perkembangan hukum dan penerapannya. Penekanan utama dalam sosiologi hukum adalah memahami hukum sebagai produk sosial yang dapat berubah seiring dengan perubahan dalam masyarakat.

2. Hukum dalam Masyarakat
Hukum memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat, karena hukum adalah alat yang digunakan untuk mengatur perilaku sosial dalam sebuah komunitas. Semakin kompleks interaksi sosial dalam suatu masyarakat, semakin banyak pula kebutuhan untuk menggunakan hukum sebagai sarana untuk memfasilitasi dan mengatur hubungan antar individu atau kelompok. Hukum berfungsi sebagai struktur yang mendukung tatanan sosial, mengatur hak dan kewajiban individu, serta mencegah terjadinya penyimpangan sosial.

3. Yuridis Empiris dan Yuridis Normatif

  • Yuridis Empiris: Pendekatan ini menekankan penelitian langsung terhadap praktik penerapan hukum di masyarakat. Melalui observasi empiris, pendekatan ini bertujuan untuk memahami bagaimana hukum diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana ia berdampak pada masyarakat. Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang sejauh mana hukum efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
  • Yuridis Normatif: Pendekatan ini lebih berfokus pada kajian teori hukum yang ada dalam peraturan perundang-undangan. Yuridis normatif melihat hukum sebagai seperangkat kaidah yang mengatur perilaku individu, dengan menekankan pada aturan yang mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta bagaimana hukum seharusnya ditegakkan berdasarkan prinsip-prinsip yang ada.

4. Madzhab Pemikiran Hukum (Positivisme)
Positivisme hukum menekankan bahwa hukum harus dipahami sebagai seperangkat aturan yang objektif dan terpisah dari moralitas. Pendekatan ini berfokus pada hukum yang berlaku, tanpa mempertimbangkan apakah aturan tersebut adil atau tidak. Dalam positivisme hukum, hukum dianggap sah selama ia ditetapkan oleh otoritas yang sah, seperti negara, dan diterima oleh masyarakat. Pengaruh positivisme sangat besar dalam teori hukum modern, terutama dalam membentuk sistem hukum yang terstruktur dan sistematis.

5. Madzhab Pemikiran Hukum Islam (Sociological Jurisprudence)
Sociological Jurisprudence adalah mazhab yang mempelajari hubungan antara hukum dan masyarakat, dengan menekankan pentingnya hukum yang berfungsi dalam konteks sosial. Pendekatan ini melihat hukum sebagai sesuatu yang "hidup" dan tidak hanya sekadar dokumen formal, tetapi juga harus relevan dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Dalam konteks hukum Islam, pendekatan ini berusaha menghubungkan ajaran-ajaran hukum Islam dengan realitas sosial yang ada di masyarakat, memastikan bahwa hukum tersebut dapat diterima dan dipatuhi oleh masyarakat.

6. Madzhab Pemikiran Hukum (Living Law dan Utilitarianisme)

  • Living Law: Mazhab ini berpendapat bahwa hukum bukan hanya sekedar aturan tertulis, tetapi juga merupakan refleksi dari praktik sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat. Hukum yang hidup adalah hukum yang diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, mencerminkan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat tersebut.
  • Utilitarianisme: Pendekatan ini mengukur nilai hukum berdasarkan manfaat yang dihasilkan bagi masyarakat secara keseluruhan. Hukum dianggap sah jika ia memberikan manfaat terbesar bagi jumlah terbesar anggota masyarakat. Dalam konteks ini, hukum diukur berdasarkan hasil atau konsekuensi yang ditimbulkan, bukan hanya berdasarkan kaidah formalnya.

7. Pemikiran Emile Durkheim dan Ibnu Khaldun

  • Emile Durkheim: Durkheim berpendapat bahwa hukum mencerminkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Hukum memiliki peran penting dalam memelihara solidaritas sosial dan mengatur hubungan antara individu dan kelompok. Ia juga mengembangkan konsep fakta sosial, yaitu cara-cara hidup yang diterima dan dijalankan oleh masyarakat, yang pada gilirannya membentuk norma hukum.
  • Ibnu Khaldun: Ibnu Khaldun terkenal dengan teorinya mengenai siklus kehidupan suatu negara. Menurutnya, sebuah negara akan melewati tiga periode dalam kehidupannya: periode pembentukan, periode kejayaan, dan periode kemunduran. Ia juga mengemukakan bahwa setiap negara memiliki siklus kehidupan yang terbatas, dan sebuah negara akan mencapai puncaknya setelah sekitar 120 tahun.

8. Pemikiran Max Weber dan H.L.A. Hart

  • Max Weber: Weber mengembangkan konsep otoritas legal-rasional yang menjadi dasar dalam hukum modern. Otoritas ini didasarkan pada aturan yang rasional, yang diterima secara umum dan diterapkan secara impersonal. Hal ini menciptakan sistem hukum yang lebih objektif dan tidak tergantung pada kekuasaan pribadi.
  • H.L.A. Hart: Hart merupakan salah satu tokoh utama dalam teori positivisme hukum. Ia melihat hukum sebagai sistem otonom yang tidak harus berhubungan langsung dengan moralitas. Menurutnya, hukum adalah seperangkat aturan yang diterima dalam suatu masyarakat dan memiliki struktur tertentu yang diikuti oleh semua pihak.

9. Effectiveness of Law
Efektivitas hukum berhubungan dengan sejauh mana hukum dapat mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu menciptakan tatanan sosial yang adil dan teratur. Ini tidak hanya mengukur apakah hukum dijalankan, tetapi juga apakah hasil yang diinginkan tercapai. Efektivitas hukum sering kali bergantung pada seberapa baik hukum diterapkan, diterima oleh masyarakat, dan mampu mengatasi masalah sosial yang ada.

10. Law and Social Control
Hukum berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang mengatur perilaku manusia dalam masyarakat. Sebagai agen pengendali sosial, hukum bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial dan memberikan sanksi bagi yang melanggar aturan. Dengan memberikan sanksi, hukum berfungsi untuk menjaga ketertiban sosial dan mendorong individu untuk mematuhi norma yang berlaku.

11. Socio-Legal Studies
Socio-legal studies merupakan pendekatan yang menggabungkan ilmu hukum dan ilmu sosial untuk memahami bagaimana hukum berfungsi dalam masyarakat. Penelitian ini melihat hukum bukan hanya sebagai aturan yang ada di dalam teks, tetapi juga bagaimana hukum diterapkan dan diterima oleh masyarakat, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial. Pendekatan ini sangat penting untuk memahami interaksi antara hukum dan masyarakat secara lebih komprehensif.

12. Progressive Law
Hukum progresif adalah konsep yang dikembangkan oleh Satjipto Rahardjo yang menyarankan perubahan radikal dalam sistem hukum yang ada. Tujuannya adalah untuk menciptakan hukum yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat, dengan mengutamakan keadilan sosial. Hukum progresif berfokus pada perubahan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperjuangkan hak asasi manusia, dan mendorong perkembangan sosial yang lebih adil.

13. Legal Pluralism
Legal pluralism adalah konsep yang mengakui adanya berbagai sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Ini berarti bahwa selain hukum negara, ada juga hukum adat, hukum agama, dan sistem hukum lokal yang berlaku. John Griffiths mengemukakan bahwa pluralisme hukum memungkinkan berbagai sistem hukum untuk hidup berdampingan, mengakomodasi keragaman sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat.

14. Pendekatan Sosiologis dalam Studi Hukum Islam
Pendekatan sosiologis dalam studi hukum Islam menekankan pada pentingnya memahami bagaimana norma-norma hukum Islam berfungsi dalam masyarakat yang plural. Pendekatan ini melihat pluralisme hukum tidak hanya dari sudut pandang hukum positif, tetapi juga bagaimana masyarakat berinteraksi dengan berbagai sistem hukum, termasuk hukum Islam, hukum adat, dan hukum negara. Dalam konteks ini, pluralisme hukum Islam dapat mencerminkan dinamika hubungan antara norma-norma agama, sosial, dan hukum yang berlaku di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun