Mohon tunggu...
Najib Nugroho
Najib Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Tenaga pengajar di PP. Nurul Ummah Kotagede DIY

Seorang Blogger dan admin www.sajakaksara.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Selamat Tinggal Oktober Kelabu

31 Oktober 2022   21:19 Diperbarui: 31 Oktober 2022   21:37 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Habis shalat maghrib, biasanya kalau saya di rumah, saya sempatkan untuk memijat Bapak semampu saya. Dengan cara ini biasanya Bapak lebih terbuka cerita ini itu. Dan itu sedikit banyak menghibur saya. Kami bisa saling tukar cerita, beberapa kali kami tertawa bersama. Dengan hal ini saya merasa keadaan saya menjadi lebih baik.

Setelah memijat Bapak, adzan Isya' pun berkumandang. Kami pun shalat jamaah lagi. Setelah itu saya pamit mau ziarah ke makam kyai saya. Seringkali banyak hal positif yang saya rasakan ketika ziarah ke makam beliau. Saya bisa curhat apapun ke beliau ketika selesai ziarah. Seakan semua masalah kehidupan yang sedang merenggut saya bisa saya lalui dengan baik. Dalam perjalanan pulang dari ziarah, saya menaiki sepeda motor saya dengan kecepatan 30 km/jam. saya pun mencoba mengajak berbicara diri saya. Terlebih terkait pikiran saya yang belum bisa sepenuhnya 'melepas' kalau almarhumah memang benar-benar sudah tiada.

Beberapa ayat al quran meyakinkan saya;

Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), 

Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh.

Pada akhirnya, kalimat istirja' itu benar adanya. Bahwa, "Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali." Dari sini, saya mulai bisa menerima kepergiannya. Mungkin belum bisa sepenuhnya, tapi biarkan waktu yang menjadi obat atas segala rasa kehilangan ini. 

Untuk menutup tulisan kali ini, saya akan mencantumkan kalimat di salah satu statusnya.

"Kalau memang datangmu hanya untuk pergi, izinkanlah saya untuk menyuguhkan kopi daripada hati"

~ Denis

Selamat Jalan, Denis. Semoga di surga sana, kamu bisa menemukan seseorang sebagai tempatmu untuk berlabuh dan kamu benar-benar bisa menyuguhkan hatimu untuk seseorang yang benar-benar mencintaimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun