“Semua yang ada di dunia ini pasti ada resikonya, Dul. Semua tergantung manusianya, tergantung pemerintah. Hanya undang-undang yang dibuat pemerintah yang bisa melindungi pekerjaan manusia di masa yang akan datang” jawabku.
“Waduh, sudah larut malam, hujan sudah terang. Dari tadi ngosipin JNE. Ngobrolin ekpektasi masa depan JNE segala. Yuk kita cabut” kata Dul yang menyalahkanku.
“Lho, kok aku sih, kamu tuh” jawabku.
Dul sibuk cari uang receh si saku celananya untuk bayar ngopi, “gara-gara kamu, kita jadi kemalaman. Duh, besok ada jadwal kirim paket lagi. Jika aku sampai bangun kesiangan kamu harus tanggung jawab!”
Malam semakin dingin, tak lama kita pulang menaiki motor yang hampir tertutupi lumpur akibat jalanan becek.
Teknologi AI dan mesin pintar memiliki dua mata pisau. Dia sudah hidup di tengah kehidupan kita. Mungkin kita hanya bersikap tenang lantaran AI di zaman sekarang hanya bertugas melakukan fungsi-fungsi seperti pengenalan wajah, pengenalan suara, membantu pencarian, mobil tanpa penumpang, membantu diagnosis dunia medis, pesawat tanpa awak, dunia programer, membantu analisis dunia ekonomi seperti jual beli saham, pencatat keuangan, membaca alogaritma dan lainnya.
Di masa mendatang jika AI disalahgunakan mungkin diprediksi menjadi AI General atau robot yang mendekati manusia dengan kemampuan berpikir, berkomunikasi, meniru aksen manusia bahkan lebih buruknya lagi bisa mengancam dan memperbudak manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H