Mohon tunggu...
Najib Ainulizza
Najib Ainulizza Mohon Tunggu... Buruh - Penulis

Penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Money

JNE Gunakan AI General atau Robot di Masa Depan?

31 Desember 2020   22:49 Diperbarui: 31 Desember 2020   22:56 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kitakan bisnis online kolaborasi sama JNE, andai JNE beralih menggunakan AI atau robot untuk meningkatkan pelayanan agar lebih efisien dan akurat pasti pekerjaan jadi mudah. Kan jasa ini membutuhkan tenaga untuk menganalisis dan mengolah data sebegitu banyaknya” kataku untuk intimidasi Dul yang agak gaptek.

“Heh, emang kamu percaya kalau suatu nanti pekerjaan manusia benar-benar digantikan dengan mesih bahkan robot?” tanya Dul tampak khawatir.

Belum sempat aku jawab ia sambung pertanyaaannya, “kalau memang diganti sama mesin atau robot, terus bagaimana pekerjaanku? Kalau aku sih oke-oke saja, tapi yang jadi pertanyaannya, aku kan kolaborasinya sama JNE, bisakah robot atau mesin melayani pengirim atau penerima paket denga ramah seperti manusia? Yang bisa menyantuni, berbagi dan memberi keceriaan kepada manusia. Apakah JNE begitu tega mengganti pekerjaan manusia dengan robot atau mesin? Terus bagaimana nasib kurirnya?”

Sejak dulu, aku dan Dul kalau ketemu pasti ngobrol seru dan ujung-ujungnya selalu berakhir dengan debat, debat dan debat. Sebenarnya Artifical intelligence adalah teknologi yang memerlukan data untuk dijadikan pengetahuan. Bedanya manusia membutuhkan pengalaman dan emosional untuk menjadi sebuah pengetahuan, sedangkan AI membutuhkan data sebagai pengetahuan. Setidaknya ada tiga point dalam teknologi ini, yaitu learning (mempelajari data), reasoning (pemikian untuk melakukan tidakan secara rasional) dan self correction (kemampuan untuk mengevaluasi). Biasanya Artifical Intelligence bisa kita temui di smartphone, seperti sistem deteksi wajah, hasil rekomendasi e-commerce terkait produk atau media sosial seperti apa yang disukai, assistant virtual seperti Google Assistant dan Siri.

“Bukan begitu, Dul. Aku sama sekali tidak percaya kalau robot itu bisa gantikan manusia. Maksudku mungkin sajakan JNE memanfaatkan AI untuk menjangkau lokasi yang akurat untuk kepentingan pengiriman paket?! Memanfaatkan Google Maps, paket sudah sampai mana, sudah dipastikan dapat membantu kurir. Selain itu bisa menepis anggapan orang-orang kalau pelayanan jasa ini kurang memuaskan, menghilangkan rasa hawatir klien. Kan Setiap keluhan, kritik saran pasti ada dari klien” jawabku.

AI ataupun robot sekalipun dinilai tidak akan bisa menggantikan pekerjaan manusia. Tapi ia hanya digunakan sebagai alat untuk meringankan pekerjaan manusia. Beberapa pekerjaan yang mustahil digantikan oleh robot seperti desainer, sastrawan, penulis, seniman, arsitek, dokter, guru, editor, CEO, psikiater. Semua pekerjaan tersebut membutuhkan kekuatan emosional dan inspirasi, sedangkan robot tidak memilikinya. Selain itu ada alasan kuat kalau robot tidak bisa menggantikan manusia. Pertama, manusia adalah pencipta robot. Kedua, undang-undang tentang produksi robot masal juga dipegang oleh manusia. Tujuannya adalah membatasi ruang gerak robot agar tidak sepenuhnya menggantikan pekerjaan manusia. Tentu membuat undang-undang akan menjadi poin krusial untuk menentukan kegunaan dan fungsi robot dalam melakukan pekerjaan, sehingga stigma masyarakat tentang perbudakan manusia oleh robot tidak pernah terjadi.

“Kalau dipikir-pikir iya juga. Aplikasi My JNE hanya menyediakan fitur My Shipment, Check Tarif, JNE Nearby, My COD, My COD Wallet doang. Coba kalau ditambahin fitur seperti Cek paket sudah sampai mana, manfaatin robot seperti drone berbasis Maps yang bisa membaca lokasi tujuan paket saat kurir ada kendala” ujar Dul.

ilustrasi kurir digantikan dengan drone (dok. Akurat.co)
ilustrasi kurir digantikan dengan drone (dok. Akurat.co)

Revolusi industri 4.0 memang memaksa orang agar wajib memiliki Smartphone, apalagi situasi seperti pendemi yang masih mengintai. Situasi yang mengalihkan orang untuk melakukan aktivitas dengan belanja online, daring, transaksi virtual. Situasi yang memaksa untuk menyiapkan Internet of Things (IoT), Big Data (informasi yang tersimpan dalam cloud computing), percetakan 3D, Artifical Intelligence (AI),  kendaraan tanpa pengemudi, rekayasa genetika, robot atau mesin pintar. Situasi yang mengancam manusia tidak bisa melakukan apapun tanpa internet.

 “Wah, kalau JNE gunakan sistem AI ataupun robot berarti dia semakin menebarkan rasa menyantuni, memberi dan berbagi kepada banyak orang nih. Wah keren banget dah” kata Dul.

Sambungnya usai menyeruput kopi yang sudah dingin, “tapi kalau JNE menggunakan robot, lantas nasib kurir gimana? Jika tidak digunakan dengan bijak bisa mengancam pekerjaan manusia. Ini bertentangan banget sama program pemerintah yang berusaha menciptakan lapangan kerja”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun