B. Al Salihiyah berpendapat bahwa iman tetap akan mengetahui tuhan dan dan kekufurannya ataupun perilaku sebaliknya. Selain itu, golongan ini mengatakan jika salat bukanlah ibadah kepada Allah, melainkan yang disebut ibadah kepada Allah dalam golongan ini adalah yang beriman.
C. Al Yunusiyah berpendapat bahwa iman adalah ma'rifah atau memahami kepada Allah dengan menaatinya, mencintainya dengan sepenuh hati, dan meninggalkan takabbur. Tetapi berbuat jahat tidak akan merusak iman seseorang begitu saja. Begitupun juga dengan perbuatan baik tidak akan mengubah orang yang musyrik.
D. Al Khassaniyah berpendapat bahwa, jika seseorang mengatakan "saya tahu bahwa tuhan melarang memakan babi, tetapi saya tidak tahu apakah yang di harapkan dari babi itu". Maka orang tersebut demikian tetap akan mukmin dan bukan kafir. Dan jika seseorang mengatakan "saya tahu tuhan mewajibkan naik haji ke ka'bah, tetapi saya tidak tahu apakah ka'bah di India ataupun di tempat lain". Orang demikian itu tetap akan mukmin. Jadi, golongan Murji'ah Al Khassaniyah lebih cenderung ke mentoleransikan perilaku muslim yang menyimpang.Â
Dari materi tersebut dapat di simpulkan bahwa kelompok Murji'ah semakin berkembang maraknya perdebatan mengenai status pelaku dosa besar. Apakah orang tersebut masih tergolong orang mukmin ataupun tidak. Murji'ah memandang bahwa perbuatan atau amal tidaklah penting sepenting iman, hanya imanlah yang penting dan menentukan antara mukmin atau tidak kemukminan seseorang tersebut, iman terletak dalam hati manusia. Begitupun perbuatan-perbuatan manusia tidak dapat menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan dan perbuatan tidak mesti mengandung arti bahwa seseorang itu memiliki iman yang terdapat dalam hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H