Mohon tunggu...
Najhla Khurnia
Najhla Khurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggali Sejarah Perkembangan Murji'ah

4 Oktober 2024   16:30 Diperbarui: 4 Oktober 2024   16:33 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

B. Al Salihiyah berpendapat bahwa iman tetap akan mengetahui tuhan dan dan kekufurannya ataupun perilaku sebaliknya. Selain itu, golongan ini mengatakan jika salat bukanlah ibadah kepada Allah, melainkan yang disebut ibadah kepada Allah dalam golongan ini adalah yang beriman.

C. Al Yunusiyah berpendapat bahwa iman adalah ma'rifah atau memahami kepada Allah dengan menaatinya, mencintainya dengan sepenuh hati, dan meninggalkan takabbur. Tetapi berbuat jahat tidak akan merusak iman seseorang begitu saja. Begitupun juga dengan perbuatan baik tidak akan mengubah orang yang musyrik.

D. Al Khassaniyah berpendapat bahwa, jika seseorang mengatakan "saya tahu bahwa tuhan melarang memakan babi, tetapi saya tidak tahu apakah yang di harapkan dari babi itu". Maka orang tersebut demikian tetap akan mukmin dan bukan kafir. Dan jika seseorang mengatakan "saya tahu tuhan mewajibkan naik haji ke ka'bah, tetapi saya tidak tahu apakah ka'bah di India ataupun di tempat lain". Orang demikian itu tetap akan mukmin. Jadi, golongan Murji'ah Al Khassaniyah lebih cenderung ke mentoleransikan perilaku muslim yang menyimpang. 

Dari materi tersebut dapat di simpulkan bahwa kelompok Murji'ah semakin berkembang maraknya perdebatan mengenai status pelaku dosa besar. Apakah orang tersebut masih tergolong orang mukmin ataupun tidak. Murji'ah memandang bahwa perbuatan atau amal tidaklah penting sepenting iman, hanya imanlah yang penting dan menentukan antara mukmin atau tidak kemukminan seseorang tersebut, iman terletak dalam hati manusia. Begitupun perbuatan-perbuatan manusia tidak dapat menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan dan perbuatan tidak mesti mengandung arti bahwa seseorang itu memiliki iman yang terdapat dalam hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun