Mohon tunggu...
Najhla Khurnia
Najhla Khurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggali Sejarah Perkembangan Murji'ah

4 Oktober 2024   15:00 Diperbarui: 4 Oktober 2024   15:05 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

b. Al Salihiyah berpendapat bahwa iman tetap akan mengetahui tuhan dan kekufurannya ataupun perilaku sebaliknya. Selain itu, golongan ini mengatakan jika salat bukanlah ibadah kepada Allah, karena yang disebut ibadah dalam golongan ini adalag iman kepada Allah swt. 

c. Al Yunusiyah berpendapat bahwa iman adalah ma'rifah atau memahami kepada Allah dengan menaatinya, dan mencintainya dengan sepenuh hati, dan meninggalkan takabbur. Tetapi perbuatan jahat tidak akan merusak iman begitu saja, dengan tetapi perbuatan baik setidaknya akan mengubah orang yang musyrik.

d. Al Khassaniyah perpendapat jika seseorang mengatakan , "saya tahu bahwa tuhn melarang memakan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini", maka orang tersebut demikian tetap akan mukmin dan bukan kafir. Dam jika seseorang mengatakan bahwa, "saya tahu tuhan mewajibkan kita naik haji ke Ka'bah, akan tetapi saya tidak tahu apakah ka'bah dj India atau di tempat lain", orang yang demjkian itu juga tetap akan mukmin. Jadi golongan Murji'ah Al Khassaniyah lebih cenderung mentoleransikan perilaku muslim yang menyimpang. 

Dari materi di atas dapat di simpulkan bahwa kelompok Murji'ah semakin berkembang maraknya perdebatan mengenai status pelaku dosa besar. Apakah orang terssbut masih tergolong orang mukmin atau tidak. Murji'ah memandang bahwa perbuatan atau amal tidaklan sepenting iman, karna hanya imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin atau tidaknya mukminnya seseorang. Iman terletak dalam hati seseorang dan tidak diketahui oleh manusia lainnya, begitupun perbuatan-perbuatan manusia tidak dapat menggambarkan apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan dan perbuatan tidak mesti mengandung arti bahwa ia tidak memiliki iman yang terpenting ialah iman dalam hati. Dengan demikin ucapan dan perbuatan tidak merusak iman seseorang, asalkam orang tersebut masih mempercayai keberadaan yang terkandung dalam al-Quran 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun