Naja Hara
E-mail : 12011221381@students.uin-suska.ac.id
Fakultas Tarbiyah dan Kegurun
Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau
Cadel Pada Anak
Bahasa pertama yang diperoleh manusia berasal dari bahasa ibu, bahas ibu adalah bahasa asli atau bahasa pertama yang kita kuasai sejak lahir. Kita bisa menguasai bahasa ibu dengan cepat karena dari kecil kita diajarkan berinteraksi dengan bahasa ibu tersebut, tentunya itu berkaitan juga dengan percakapan yang didengar di lingkungan tempat tinggal.Â
Definisi yang ditemukan oleh Soenjono Dardjowidjojo dalam buku psikolinguistik "Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia" halaman 39-40,mengenai pemerolehan bahasa diartikan bahwa pemerolehan bahasa tidak hanya semata-mata berkaitan dengan kemampuan mengartikulasikan kata saja, namun juga mampu untuk memisahkan bentuk kata dengan makna katanya. Terkait penguasaan bahasa anak yang perlu diperhatikan adalah, anak-anak mampu memproduksi bahasa pertama kali karena ia mendengar orang-orang dewasa disekitarnya berbicara dan secara konsisten sang anak memiliki kemampuan untuk memisahkan bentuk kata dan makna kata.
Anak-anak dan orang dewasa memiliki penguasaan bahasa yang berbeda. Anak-anak tentu masih susah untuk mengucapkan fonem misalnya seperti S, T, Â R, F dan lain-lain. Gangguan fonetis inilah yang dinamakan dengan istilah cadel, sementara dalam dunia medisnya adalah orang yang memiliki gangguan fonem dorso velar. Rentan usia anak yang masih balita sampai lima tahun di anggap wajar jika mereka cadel, akan tetapi yang kita lihat di lapangan terdapat beberapa remaja bahkan dewasa yang memiliki gangguan cadel ini.
Gangguan fonetis  pada penderita cadel yang biasa terjadi yaitu sering melafalkan huruf "R" dengan  "I", namun perlu diketahui bahwa gangguan cadel bukan hanya pada fonem itu saja. Orang yang kesulitan mengucapkan fonem-fonem lain misalnya seperti melafalkan  fonem "S" dengan "T", menyamarkar fonem "R" menjadi "Z" atau mengucapkan fonem "F" dengan "P" dan lain sebagainya termasuk juga dalam gangguan cadel. Kita pernah mendengar bahwa cadel yang terjadi pada anak disebabkan karena memiliki lidah yang pendek, padahal sebenarnya tidak.Â
Sebenarnya cadel yang terjadi pada anak sebab otot-otot lidahnya tidak seperti orang dewasa, artinya otot lidah pada sang anak belum sempurna. Namun penderita cadel dengan usia  5 tahun ke atas bisa dikatakan sebagai gangguan berbicara. Penderita cadel usia 5 tahun ke atas akan membuat mereka kehilangan rasa percaya diri ketika berbicara dengan orang lain. Hal tersebut membuat mereka lebih memilih diam karena takut ditertawakan.
Secara medis cadel di kenal dengan istilah disartia yang artinya kesulitan seseorang mengucapkan fonem-fonem tertentu ketika berkomunikasi dengan orang lain. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya disartia yaitu faktor dari dalam penderita maupun faktor dari luar penderita. Faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi cadel seperti faktor lingkungan, faktor psikologi, faktor neurologi, Â faktor kesehatan, dan lain sebagainya.
Kenali Penyebab Cadel
Anak menjadi cadel bisa disebabkan oleh faktor lingkungannya. Anak memiliki kecendrungan untuk meniru sesuatu apa yang ia lihat maupun yang ia dengar dari sekitarnya. Kebiasaan orang tua yang sengaja mengucapkan kata-kata cadel akan ditiru oleh sang anak. Misalnya kita lihat contoh di sekitar terdapat banyak orang tua yang mengatakan "Nak, mau mamam?", mereka juga sering mengganti kata-kata "bola" dengan "boya", "pergi" dengan "pegi", "rumah" dengan "lumah" dan lain-lain.Â
Kebanyakan dari mereka  hal tersebut dianggap lucu dan menggemaskan. Padahal pola asuh semacam itu bisa mengakibatkan sang anak menjadi cadel karena ia terbiasa untuk meniru yang ia dengar, maka peran orang tua sangat diperlukan. Orang tua seharusnya membenarkan kata-kata yang cadel sang anak buka malah mengikuti gaya bicaranya yang cadel.
Faktor psikologi yang menyebabkan anak menjadi cadel bisa juga berkaitan dengan faktor lingkungannya. Misalnya seperti sang anak yang merasa terabaikan akibat kehadiran adik baru. Ia akan  berusaha meminta perhatian dari orang tua dengan berbicara cadel, atau ia meniru kecadelan adiknya agar perhatian orang tuanya tidak teralihkan. Jika kebiasaan semacam ini terus dibiarkan anak akan membawa cadel hingga dewasa. Tontonan televisi juga akan mempengaruhi sang anak dalam perkembangan bicaranya. Anak bisa saja mengikuti gaya bicara apa yang ia tonton.Â
Untuk itu sebaiknya orang tua harus terus mendorong anaknya agar cadel bisa berhenti, hal itu dapat dilakukan dengan cara membenarkan plesetan fonem-fonem yang dilakukan sang anak. Meskipun cadel tidak akan langsung hilang begitu saja, tetapi jika stimulus dilakukan terus menerus maka cadel sang anak dapat berkurang dari hari ke hari.
Selain itu penyebab anak menjadi cadel bisa karena faktor kesehatan dari dalam dirinya. Misalnya sang anak memiliki kelainan fisiologis seperti gangguan pada otak, kelainan pendengaran, dan kelainan pembentukan langit-langit mulut. Akan tetapi faktor fisiologis anak menjadi cadel ini cendrung dapat diatasi tergantung apakah kategori penyakitnya ringan atau berat. Jika termasuk kedalam kategori berat bisa saja cadel akan menetap pada sang anak. Sedangkan jika penyakitnya termasuk dalam kategori ringan cadel tersebut tidak menetap.
Pada anak usia pra sekolah sebenarnya anak sudah mampu mengucapkan seluruh konsonan dengan bener karena otot-otot lidah mulai matang ketika anak menginjak usia 3-5 tahun. Namun perkembangan setiap anak pastinya berbeda-beda. Ada perkembangannya cepat, ada juga yang perkembangannya lambat. Kita juga tidak dapat mendeteksi secara pasti apakah cadel pada usia anak 3-5 tahun akan berlanjut atau tidak sebab hal tersebut menyangkut sistem syaraf yang mengatur fungsi bahasa yang dinamakan dengan area broca.Â
Area inilah yang akan mengatur koordinasi alat-alat vokal sedangkan area wernicke untuk pemahaman kata-kata. Jika kerusakan yang terjadi pada area wernicke dinamakan dengan sponsori aphasia yaitu kondisi di mana anak sulit untuk memahami kata-kata yang diucapkan oleh orang lain dan orang lain juga sulit memahami apa yang ia ucapkan. Sedangkan kerusakan pada area broca dinamakan dengan motor aphasiam yaitu kondisi di mana sang anak lambat berbicara dan pengucapannya tidak sempurna yang menyebabkan orang lain sulit untuk memahami kata-katanya.
Oleh karena itu pentingnya bagi orang tua untuk memperhatikan  perkembangan bahasa sang anak. Jika melihat anak masih cadel di atas usia 5 tahun kita harus segera mengatasinya dengan cara memberi dorongan. Orang tua harus terus melatih posisi bibir dan lidah sang anak untuk mengucapkan kata-kata yang belum mampu ia ucapkan, ajari ia kata yang benar dari kata yang ia ucapkan, jika dilakukan berulang-ulang maka tentunya pelafalannya akan jauh lebih baik dari sebelumnya.Â
Orang tua juga harus menghindari penggunaan dot pada balita karena penggunaan dot yang terlalu sering dapat membuat anak memposisikan lidahnya ke depan yang berada di antara gigi, gunakan dot sewajarnya saja misal hanya ketika menidurkan sang anak namun segera lepaskan saat ia benar-benar terlelap. Orang tua juga dapat membawa sang anak ke ahli terapi bicara jika cedel yang terjadi terasa sangat mengganggu dan apabila cadel yang terjadi disebabkan karena faktor kesehatannya hal tersebut bisa ditangani secara medis agar segera bisa dilakukan tindakan oleh dokter.
Referensi
Cica Elida Hanum Matondang. 2019. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra : Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel (Kajian Pada Perspektif Psikologi dan Neurologi). Medan : Universitas Negeri Medan.
Afifa Kifriyani. 2020. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran : Analisis Gangguan Cadel Pada Kajian Psikolinguistik. Jakarta : Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H