Mohon tunggu...
Naili izza
Naili izza Mohon Tunggu... Lainnya - :)

Masih belajar :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Rasaku

20 April 2020   21:58 Diperbarui: 20 April 2020   22:15 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Dikala yang ku citakan terhunus oleh runcingnya tombak

Sayapku hendak mengepak namun terpatahkan oleh gejolak

Sekadar tuk terbit namun terlalu sesak

Bahkan terbenam bersama senja nan elok

Yang dulu kudamba kini telah tercabik

Terseok

Terkoyak

Sudah kuhempas namun tetap saja tak ingin beranjak

Tak semudah pasir terseret ombak

Kukira ini hanyalah kedok

Berharap indah tuk hari esok

Sudahlah..

Memang ini takdir yang tampak

Terpatri begitu dalam seakan tak peduli akan dampak

Inginku merajuk

Beranjak menolak

Namun bergunapun tidak

Hanya memperdalam luka yang tertumpuk

Atau saja jiwaku yang bergemerutuk

Sungguh..

Relung ini sudah lelah

Jikalau saja, diberi pilihan tuk memilah

Mungkin masih terdengar kata merekah

Bukan terjerembab pada rasa tak terarah

Kini hanya bisa berpasrah

Harap harap agar tak dua kali terjatuh

Entah menunggu seberapa lama akan sembuh

Yang kupercaya Dia maha pengasih

Tak kan membuat terlalu lama pedih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun