Angkuhmu bagai gunung Semeru
sebeku  gunung Himalaya
tapi dari kedalaman samuderaÂ
masih ada suara hempasanÂ
yang membawa keindahan
Â
Amarahmu bagai gelombangÂ
berngasmu bagaikan badai
Tapi masih ada yang bertandang
garis di bibir pantai
terlukis sebagai makna
Â
Masih ada sepasang camar dengan keindahan sayapnya
mengingatkan aku ketika bersamamu
walau sekarang kau begitu jauh
dan aku tak mampu ngukur jarak
aku masih tersenyum untuk itu
Â
Engkau tau aku tak sekuat pemecah ombak menghadapi gelombangÂ
tapi tidak serapuh dahan kering
aku terus  mencoba menahan daunku
agar bungaku bersemi
Â
Engkau juga tau aku tak sekeras karangÂ
tapi tidak selunak lumpur
aku terus menahan kelembutan ku
walau usaha terkadang tak berguna
terabaikan oleh waktu
Â
Lihatlah betapa lelahnya aku
sedangkan jalanku masih panjang
sedangkan aku hampir patah
siapa penyanggakuÂ
entahlah..
Â
Biar aku menelan amarahmu
mengunyah dan mengunyahnya
hingga ia meracuni aku
aku mati membiru
menahan ...
Â
Lalu kupinta kau menguburnya
di bawah bendera ketiadaan
dan aku tidur dalam kekosongan
tanpa lukisan ungkapan cinta
hanya sebuah kesunyian dan kegelapan .[caption caption="from my Lenovo camera"][/caption]
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H