Subuh itu tak tega hatikuÂ
ketika aku harus meninggalkanmu dalam tidur
kau yang lelap dengan mimpiÂ
pagi kau bangun kehilangan ibu
Aku pun tak ingin pergiÂ
menyisakan kepedihan di hatimuÂ
kau yang masih kecil membutuhkan ibu
harus bersiap menahan hasrat dan rindu
Beberapa masa terampas begitu sajaÂ
lenyap pergi bersamaku
kau dengan langkah kecilmu mencariku
di bawah selimut yang terisi bantal guling
Kau kehilangan belaian ibu
tak lagi menikmati menu buatanku
kau hanya menonton kejadian bagai televisi
dan disana kau menonton kehilangan yang kau rasa
Anakku aku tak ingin pergiÂ
tapi terpaksa pergiÂ
jangan bertanya kenapaÂ
kelak besar kau kan mengerti
Anakku,, aku juga kehilangan masaÂ
masa memanjakan dan menyayangimu
tapi aku terpaksa melepaskan genggamanmu
demi sesuap nasi untuk kau nikmati
Entah apa yang akan kau tuntut kelakÂ
aku pun siap untuk itu
benci atau sayang yang kudapat
itu resiko yang harus kupertanggung jawabkan
Sesungguhnya di kejauhan ini aku merenung
tentang masa yang sedang berlaku
harapku jangan sampai kau tak menyebutku ibu
karena kecilmu disuapi seorang inang yang lain
Kalau kau tauÂ
aku lebih kehilangan semua
kebersamaan dan waktu
yang seharusnya kita miliki bersama
Anakku....
ketahuilah aku terpaksa meninggalkanmu
semua karna terpaksaÂ
dan sangat terpaksa ,,,Â
maafkan aku..
Hongkong 29 mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H