Mohon tunggu...
Fauzan Linka
Fauzan Linka Mohon Tunggu... Sales - Pelajar

Bisa Karena Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menemukan Ikigai, Passions Saja Tidak Cukup!

27 Maret 2020   09:21 Diperbarui: 27 Maret 2020   09:29 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menemukan Ikigai, Passion Saja Tidak Cukup

Bejo masih mencari jawaban atas diskusinya dengan Ratih dua hari yang lalu, tatapan mata tajam mengarah pada sepenggal paragraf yang sedang dibacanya dari sore hari ini, seolah tidak memperhatikan lingkungan dan benar benar tidak mau terdistraksi dengan smartphone yang mencuri-curi perhatian.

“Jo, dari tadi baca apa to, kok tidak seperti biasanya kamu ini.” ucap Zidni penasaran kepada Bejo.

Bejo terperanjat dengan pertanyaan Zidni. “Buku soal self Improvement Zid, asyik juga ternyata genre buku seperti ini, walau sebenarnya jawaban yang ku cari belum ketemu sih”.

“Emang jawaban apa tho Jo”.

“Zid, aku nih ya, sering banget merasakan situasi kalau mau ngapain-ngapain males, rasanya hidup cuman seperti ini saja bahkan tujuan nantinya atau goalsnya mau jadi apa, itupun tidak tau”.

“Kamu pernah gitu kah Zid ?”. Bejo nanya balik ke Zidni dengan nada serius

“Iya sih Jo, kemarin waktu semester awal sering banget Jo, merasakan seperti itu.” Jawab Zidni dengan nada datar, suasana hening mulai menyelimuti kamar kost Bejo

“Terus, emang kamu nemuin solusinya Zid ?”

“Eh sebelumnya, kamu udah makan belum, Jo?”. Zidni sedikit menyela pembicaraan yang sudah mulai serius

“Belum Zid, sekalian aja ke Angkringan pak Umar yuk” Tanpa basa basi, Bejo tahu maksud Zidni mengajaknya kesana.

Sembari memberi respon kesanggupan, Zidni mengawali langkah berjalan ke lokasi yang hanya berjarak 50 meter dari kost mereka, yang kemudian diikuti Bejo, mereka nampak tidak ingin melewatkan obrolan yang sudah mulai memuncak.

“Setelah ku googling dan nyoba baca-baca buku akhirnya nemu juga tuh.”Kata Zidni

“Sebenarnya hal itu sangat wajar, dimana kita berada pada fase quarter life crisis, masa dimana seseorang kehilangan mood booster atau tepatnya kendali hidup, Jo.”

Bejo terdiam sejenak dengan lontaran pernyataan Zidni.

“Wah Zid, feelingku ini nanti bakal jadi diskusi panjang nih.”

“Betul, jadi gini Jo, Karena aku merasakan seperti itu terus dan seolah jadi momok setiap hari, ya aku bergegas cari solusi, akhirnya ketemu nih aku sama semacam filosofi yang mengajarkan buat apa sih kita harus enjoy jalani hidup ini ?”. Jawab Zidni dengan nada santai.

“Buat apa kita harus semangat jalanin hari ? nah, kenapa juga kita harus jalanin hal itu”?.

Pertanyaan-pertanyaan itulah yang bakal ada dalam pembahasan filosofi tersebut.

“Pak, es tehnya dua ya” Ucap Bejo pada pak Umar yang berjaga disamping gerobak angkringannya.

“Siap mas” Timbal pak Umar dengan sigap.

“Wah Zid, ini kan weekend ya, enaknya buat santai santai Zid, malah mau bahasa filosofi yang pasti berat dan rumit itu”. Bejo menyeringai

“Santai bukan berarti gak mikir jo, santai itu kan tentang bagaimana kita memposisikan diri untuk tidak keliatan tidak santai atau lebih tepatnya gak banyak gerak tapi ada veluenya. Contohnya ya kayak diskusi seperti ini, gak ngeluarin banyak modal secara finansial, tapi ada pelajaran yang bisa dimanfaatkan untuk jadi bekal”.

“Yah yah, oke deh, filosofi apa si emang?” 

“Ini filosofi dari negeri sakura, yang sering disebut ikigai, filosofi inilah yang bisa kita jadikan pegangan atau semacam kendali saat diri kita dalam keadaan down, stress atau bosen jalanin rutinitas.”

“Ya sudah lah, coba apa isi filosofinya Zid.” Tanya Bejo mencoba melegakkan

“ikigai punya 4 nilai yang antara satu dengan yang lainnya itu berkaitan, dan ketika satunya lemah akan berpengaruh pada yang lainnya.

  • Apa yang kita sukai ? what do you love
  • Apa yang kita kuasai ? what are you good at
  • Kita mendapatkan bayaran/Imbalan dengan bidang tersebut. What you can be paid for
  • Apa yang dibutuhkan dunia atau orang banyak ? what the world needs

mikepaton.com
mikepaton.com

Nah Kemudian dari keempat hal diatas saling berhimpitan dan berurutan yang akan menghasilkan velue baru, kita mulai dari apa yang kita sukai yang beririsan dengan apa yang kita kuasai namanya passion, misalnya kita suka fotografi dan kita menguasainya. Selanjutnya kalau kita ahli dalam fotografi dan kita mendapatkan bayaran itu dinamakan profession, kita mendapatkan bayaran dari pekerjaan kita dan dibutuhkan sama masyarakat banyak itu disebut vocation, next, ketika fotografi di butuhkan masyarakat banyak dan dan kita suka di namakan mission. Ini masih 2 beririsan ya Jo.” Ucap Zidni sambil meminum es teh yang sudah dibuatkan pak Umar di sela sela diskusi mereka

“Kita coba yang 3 beririsan yak.

Kita suka dengan hal tersebut, kita menguasai hal tersebut, kita juga dapat bayaran dengan bidang tersebut, maka kita puas, tetapi kita akan merasa kurang berguna karena tidak banyak orang yang membutuhkannya.

Kita menguasai fotografi, kita mendapatkan bayaran dari hal tersebut, dan bidang tersebut di butuhkan banyak orang, kita akan merasa nyaman, tetapi minusnya kita merasakan kekosongan karena kita kurang menyukainya

Kita mendapatkan bayaran, terus dibutuhkan banyak orang, selain itu kita juga menyukainya, kita akan enjoy sesaat, tetapi kita was was karena kurang menguasai hal tersebut.

Terakhir, fotografi dibutuhkan banyak orang, kita menyukainya, kita juga menguasainya, tetapi kita tidak mendapatkan bayaran. Tentunya kita tidak bisa bertahan lama, karena perlu biaya untuk mencukupi kehidupan.

Nah, ketika kita sukai, kita menguasai, kita mendapatkan bayaran dan dibutuhkan banyak orang, itulah garis finisnya Jo, ikigai.” Pungkas Zidni menjelaskan kepada Bejo yang mulai tertarik dengan ikigai

“Kalau contoh orang yang sudah menemukan ikigai, siapa ya Zid”?

“Kalau kita ambil contoh kaya almarhum eyang Habibi sudah menemukan konsep ikigai ini dalam hidupnya Jo.”

Bejo nampak serius mendengarkan penjelasan dari Zidni, dia pun mulai ada gambaran dan tahu jawaban dari diskusinya dengan Ratih, teman kampus satu jurusan yang suka pada dunia jurnalistik.

“Coba deh, kelihatan hidupnya beliau sejahtera, bahagia dan benar benar bisa memberi manfaat bagi banyak orang.” Tambah Zidni

“Bukan keliatan Zid, emang kenyataannya juga kayak gitu. Kalau hanya keliatan bisa pura-pura donk”. Balas Bejo dengan cepat.

“Haha betul juga Jo, sudah kurang fokus nih ha ha ha” Zidni merespon dengan ketawa.

“Pak, nasi kucing yang isinya sambal teri masih ada gak ya”. Ungkap Zidni bertanya pada pak Umar.

“Nanti, tunggu bentar ya mas, masih diambilkan di rumah sama anak saya” Balas pak Umar

“siap pak” Zidni Menyautnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun