Mohon tunggu...
Nailun Najla (Naila)
Nailun Najla (Naila) Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Peminatan Industri Halal, Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Filsuf Muslim: Dimensi Kebangkitan Manusia di Akhirat

25 Oktober 2024   18:16 Diperbarui: 25 Oktober 2024   18:21 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 
Kematian selalu menjadi misteri terbesar yang menghantui kehidupan manusia. Apa yang terjadi setelah kita meninggalkan dunia ini? Apakah ada kehidupan setelah kematian? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini menjadi landasan bagi eskatologi. Berasal dari bahasa Yunani, eskatologi merupakan gabungan dari eschaton (yang terakhir, yang paling jauh) dan logos (ilmu), adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari tentang kehidupan setelah mati, atau dalam bahasa Islam dikenal sebagai akhirat. Bagi umat Muslim, akhirat bukan sekadar konsep teologis, melainkan bagian dari keyakinan dasar yang tertuang dalam rukun iman. Percaya pada kehidupan setelah mati adalah pilar penting yang membentuk pandangan seorang Muslim tentang dunia dan kehidupan itu sendiri.


Namun, bagaimana sebenarnya kehidupan setelah kematian dipahami? Apakah kehidupan tersebut bersifat fisik, rohani, atau mungkin keduanya? Para filsuf Muslim dan ulama besar telah memikirkan dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan ini selama berabad-abad, dengan memberikan berbagai pandangan yang memperkaya diskursus eskatologi. Dalam artikel ini, kita akan mengulas pandangan-pandangan mendalam dari tokoh-tokoh seperti Ibn Rusyd, Al-Ghazali, Ibn Sina, serta Mulla Sadra tentang eskatologi dalam Islam.


Eskatologi dalam Pandangan Islam
Dalam Islam, eskatologi adalah keyakinan yang sangat erat kaitannya dengan konsep iman kepada hari kiamat. Ini adalah salah satu dari enam rukun iman yang harus diyakini oleh setiap Muslim. Dalam sebuah hadits yang dikenal dengan nama Hadits Jibril, Nabi Muhammad SAW menjelaskan rukun iman sebagai berikut:


Hadits Riwayat Muslim No. 8

"....Dia berkata: "Beritahukan kepadaku tentang Iman." Nabi menjawab: "Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." Kemudian ia berkata: "Engkau benar.".... "


Hadits ini memberikan landasan yang sangat jelas mengenai enam rukun iman yang harus diyakini setiap Muslim, yakni beriman kepada Allah (iman billah), beriman kepada malaikat (iman bil malaikah), beriman kepada kitab-kitab (iman bil kutub), beriman kepada Rasul-rasul (iman bil rusul), beriman kepada hari akhir/kiamat (iman bil yaumil akhir), dan beriman kepada takdir (iman bil qada wal qadar).


Terdapat ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan pentingnya beriman kepada hari akhir. Berikut ini adalah beberapa dalil yang berkaitan dengan keyakinan terhadap hari akhir atau hari kiamat:

Al-Baqarah [2]: 62 "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi'in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati."

Dalam ayat lainnya juga dijelaskan mengenai keberadaan surga dan neraka, yakni perhentian terakhir di alam akhirat sebagai tempat pembalasan atas perbuatan-perbuatan manusia selama di dunia. Di antaranya terdapat pada ayat-ayat berikut:

Ali 'Imran [3]: 185 "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."


Eskatologi dalam Islam mencakup serangkaian peristiwa, termasuk kematian, kehidupan di alam barzakh (alam antara dunia dan akhirat), kebangkitan, hari penghakiman, dan akhirnya masuk ke surga atau neraka. Kehidupan dunia dianggap sebagai ujian sementara di mana amal baik dan buruk dicatat dan akan dihisab (diadili) di akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun