3.Pertanian presisi, yaitu dengan penggunaan teknologi digital, pemetaan spasial, dan Analitik untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk, air, dan pestisida.
4.Agroforestri, yaitu Integrasi tanaman pohon dengan tanaman pertanian atau peternakan untuk Meningkatkan keanekaragaman hayati, menjaga kualitas tanah, dan menyediakan sumber Pendapatan tambahan.
5.Pertanian terpadu, dengan penggabungan berbagai kegiatan pertanian dan peternakan dalam satu Sistem terintegrasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
6.Pertanian vertikal, dengan mebudidaya tanaman dalam lingkungan tumpangsari menggunakan teknologi Seperti pencahayaan buatan dan hidroponik, yang memungkinkan produksi pangan di daerah Perkotaan dengan ruang terbatas
7.Pertanian organik, yaitu sistem pertanian yang menghindari penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis, dengan fokus pada keberlanjutan dan kualitas produk organik.
Selain itu, inovasi seperti penggunaan dron dalam pemantauan tanaman, teknologi bio informatika untuk pemuliaan tanaman, dan pengembangan varietas unggul juga termasuk dalam praktik pertanian organik. Penerapan pendekatan dan inovasi ini dapat memberikan manfaat signifikan dalam hal produktivitas pertanian, efisiensi penggunaan sumber daya, keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa perlunya penurunan emisi gas rumah kaca, terutama di sektor pertanian. Sektor pertanian memainkan peran penting dalam membentuk ketahanan pangan dan ekonomi Indonesia, hal ini dapat dilakukan dengan penerapan pertanian organik yang lebih ramah lingkungan dibaanding dengan pertanian konversial. Selain itu, perkembangan pola hidup manusia yang cenderung bersifat konsumtif juga memiliki dampak yang signifikan pada penyumbangan emisi gas rumah kaca, oleh karena itu perlu adanya pembudayaan pangan mandiri melalui penerapan green wall.
Penerapan praktik pertanian organik di Indonesia dapat menjadi sarana yang signifikan dan berkelanjutan untuk mengatasi perubahan iklim. Setelah melakukan berbagai upaya menghadapi perubahan iklim dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, petani juga dapat memilih tanaman yang dapat bertahan di berbagai iklim, untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim secara signifikan.
Namun, solusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca tidak hanya terbatas pada pertanian organik. Upaya yang komprehensif dan terintegrasi lain juga dibutuhkan, termasuk pengurangan emisi di sektor lain seperti energi, transportasi, dan industri juga diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim secara efektif. Upaya tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab petani saja, melainkan adanya kolaborasi antara pemerintahan, masyarakat, dan instansi pendidikan untuk mendorong tercapainya target penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia. Dengan pendekatan holistik ini, diharapkan negara Indonesia dapat mencapai ketahanan pangan dan ekonomi yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA