Mohon tunggu...
Nailul kamila BA
Nailul kamila BA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Hai penuntun masa depan, yuk buka jendela dunia melalui membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Efektivitas Pertanian Organik dalam Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca

26 Desember 2023   21:13 Diperbarui: 26 Desember 2023   21:24 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor keunggulan bangsa Indonesia sebagai bangsa agraris. Menurut Badan Statistik (BPS) pada laporan tanggal 4 Desember 2023, jumlah masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani hanya 29. 342.202 unit petani, yang artinya terjadi penurunan 7,45% dari tahun 2013 yang mencapai sampai 31.705.295 unit petani. Meskipun sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia sebagai negara berkembang. Namun, nyatanya kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia kian menurun tiap tahunnya. Hal ini disebabkan banyaknya petani yang merugi akibat perubahan iklim secara signifikan. Dan menurunnya minat masyarakat pada sektor pertanian yang mempunyai dampak signifikan terhadap keberlangsungan perekonomian Indonesia.

Perubahan iklim terutama disebabkan oleh peningkatan secara pesat emisi gas rumah kaca (GRK) setiap tahunnya. Perubahan iklim dapat berdampak besar terhadap suhu, perubahan pola curah hujan, dan intensitas kejadian cuaca ekstrem (anomali iklim) seperti El Nino dan La Nino. Selain itu perubahan iklim secara signifikan juga dapat berdampak pada pergeseran musim yang menyulitkan petani menentukan masa tanam dan panen. Hal inilah yang menyebabkan munculnya wabah hama dan penyakit pada tanaman yang sebelumnya tidak ada (Syafitri dkk, 2023).

Melalui pemaparan sebelumnya, diperlukan kemampuan untuk menyikapi dengan bijak melalui upaya upaya penerapan pertanian organik sebagai wujud solusi dari peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK). Mengingat sektor pertanian merupakan salah satu sektor oenyumbang emisi gas rumah kaca terbesar yang mencapai 12% , namun masih banyak masyarakat yang belum menerapkan pertanian organik, dikarenakan kurangnya oemahaman peran sektor pertanian di berbagai aspek, mulai dari perekonomian, ketahanan pangan dan penurunan emisi. Salah satu anggapan kolot yang dipercaya kebanyakan masyarakat adalah dengan menerapkan pertanian organik akan memerlukan biaya yang banyak dibanding pertanian konvensional.

Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengeksplorasi dan membahas keefektivitasan pertanian organik dalam menurunkan emisi gas rumah kaca di Indonesia.Tujuan utama adalah untuk memahami peran sektor pertanian organik dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dan keberlangsungan perekonomian Indonesia. Selain itu, artikel juga memberikan penjelasan tentang praktik pertanian organik yang akan berdampak besar pada penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).

PEMBAHASAN

Pemahaman emisi gas rumah kaca (GRK)

Panel antar pemerintah tentang perubahan Iklim atau yang dikenal dengan nama IPCC telah menegaskan bahwa pemanasan global memang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi. Gas rumah kaca adalah berbagai gas yang menangkap radiasi matahari. Gas ini seharusnya dipantulkan dari Bumi. Ketika konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer meningkat, jumlah radiasi energi matahari yang ditangkap meningkat, sehingga menyebabkan suhu atmosfer menjadi lebih tinggi. Kondisi ini disebut dengan efek gas rumah kaca (Hindarto et al., 2018)

Perubahan iklim tidak bisa dihindari akibat pemanasan global dan dapat berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor pertanian (Syafitri et al., 2023). Perubahan iklim terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang, sekitar 50 hingga 100 tahun.

Meskipun perubahan iklim terjadi secara perlahan, namun dampaknya signifikan terhadap kehidupan kita. Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada perubahan pola curah hujan dan suhu permukaan laut, namun juga peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem (Nuraisah et al., 2019).

Kenaikan emisi tiap tahunnya disebabkan oleh banyak faktor, seperti perbuatan manusia yang konsumtif, penumpukan sampah yang berlebihan, penebangan hutan besar besaran, pemakaian pupuk kimia, dan penggunaan bahan bakar fosil. Kebutuhan manusia yang selalu meningkat tiap tahunnya dapat memicu meningkatkan emisi gas rumah kaca melalui industri pemenuh kebutuhan manusia, misalnya industri tekstil. Tiap tahun, kebutuhan tektil kian meningkat, dikarenakan banyaknya masyarakat yang selalu ingin tampil sesuai trend yang ada. Hal inilah yang membuat industri tekstil semakin banyak menghasilkan emisi gas rumah kaca.

           Pada sektor pertanian sendiri, banyak masyarakat yang masih menerapkan pertanian konversial dan mengandalkan pupuk kimia dalam praktik pertanian. Padahal penggunaan pupuk kimia dapat berkontribusi merusak lapisan ozon. Selain itu pembuangan sisa produksi tanaman yang sering kali dibakar oleh para petanni juga dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca. Dan masih banyak lagi praktik pertanian konvensial yang dapat memicu kenaikan emisi gas rumah kaca, yang nantinya dapat mempengaruhi perubahan iklim secara signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun