Pada masa kolonial Belanda, pendidikan Islam menghadapi tantangan yang signifikan. Pemerintah kolonial berusaha mengedukasi masyarakat melalui sekolah-sekolah umum yang sekuler, yang bertujuan untuk melemahkan pengaruh pendidikan agama.Â
Meskipun demikian, lembaga pendidikan Islam, terutama pesantren, tetap bertahan dan beradaptasi dengan kondisi yang ada.Â
Dalam menghadapi tantangan ini, muncul organisasi-organisasi Islam seperti Muhammadiyah (didiri pada 1912) dan Nahdlatul Ulama (didiri pada 1926) yang berperan penting dalam memodernisasi pendidikan Islam.Â
Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah Islam modern yang mengintegrasikan pelajaran umum ke dalam kurikulum mereka, sedangkan Nahdlatul Ulama mempertahankan tradisi pesantren dengan memperkuat pengajaran agama.
Pendidikan Islam di Era Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, pendidikan Islam semakin mendapatkan tempat dalam sistem pendidikan nasional. Pada tahun 1975, kurikulum pendidikan di madrasah (sekolah Islam) diintegrasikan dengan kurikulum nasional, sehingga madrasah tidak hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga pelajaran umum.Â
Ini menunjukkan pengakuan terhadap pentingnya pendidikan agama dalam membentuk karakter bangsa.Â
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan Islam di Indonesia juga mulai memanfaatkan teknologi dan metode pembelajaran modern untuk meningkatkan kualitas pendidikan.Â
Madrasah dan pesantren saat ini menyediakan berbagai jenjang pendidikan, mulai dari madrasah ibtidaiyah (setingkat SD) hingga perguruan tinggi Islam, menjadikan pendidikan Islam lebih inklusif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Pendidikan Islam Kontemporer
Di era kontemporer, pendidikan Islam di Indonesia mengalami transformasi signifikan. Madrasah dan pesantren tidak hanya fokus pada pengajaran agama, tetapi juga mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Ini menciptakan peluang bagi santri dan siswa untuk mengakses sumber-sumber pengetahuan yang lebih luas.Â