Mohon tunggu...
Nailir Rahmah
Nailir Rahmah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Panggilan Nama Baik dalam Al Quran

26 Mei 2018   06:33 Diperbarui: 26 Mei 2018   07:13 2778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/rentberry_

Nama bagi setiap seseorang adalah do'a baginya. Maka orang tua berkewajiban untuk memberikan nama yang baik kepada setiap anaknya, karena apabila nama tersebut terus diulang-ulang penyebutannya maka seperti do'a yang terus dipanjatkan untuk anak tersbut.

Tidak jarang ditemukan memanggil orang lain dengan nama julukannya, bukan dengan nama yang diberikannya disaat lahir. Apabila julukan itu baik maka tidak ada masalah, akan tetapi seringkali julukan tersebut adalah julukan yang jelak, dan tidak jarang orang tuanyapun ikut memanggil dengan nama julukan tersebut.

Sesungguhnya Allah telah melarang kita untuk tidak memanggil anak dengan panggilan yang jelek, sebagaimana tertuang dalam Surat al-Hujurat ayat 11,

11

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik darimereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Al-Quran telah mengajarkan bagaimana cara yang baik dalam memanggil anak, dan begitupula cara seorang anak memanggil orang tua, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi-Nabi dan hamba-hamba shalih terdahulu. Salah satunya sebagaimana terdapat dalam Surat Luqman ayat 13 yang berbunyi,

13

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."

Dalam ayat ini lafadz yang digunakan seorang luqman adalah kalimat bukan menggunakan ungkapan  atau kalimat  , yang kesemuanya memiliki arti "wahai anakku". Akan tetapi ia menggunakan kalimat untuk memanggil dan menasehati anak-anaknya. Terdapat 3 kali pengulangan kalimat dalam surat Luqman itu sendiri.

Dalam kaidah bahasa arab, penggunakan kalimat tidak hanya bentuk kalimat pemanggilan orang tua terhadap anak, akan tetapi dalam kalimat tersebut terdapat makna cinta dan kasih sayang, sehingga ketika Luqman memanggil anaknya disana ia memanggil dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang dengan cinta dan kasih sayang inilah ia menasehati anak-anaknya.

Begitu pula kalimat ini juga terdapat dalam surat Hud ayat 42,

42

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir

Ayat ini menceritakan bagaimana Nabi Nuh diperintahkan oleh Allah untuk membuat sebuah kapal yang besar, karena akan datang banjir bandang yang besar. Kemudian putranya Nabi Nuh enggan ikut Nabi Nuh untuk naik keatas kapal tersebut, dan ia mengajak anaknya untuk ikut naik ke atas kapal tersebut karena cinta dan sayangnya Nabi Nuh terhadap anaknya, akan tetapi anaknya enggan mengikutinya. Dan dalam ayat ini Nabi Nuh menggunakan kalimat untuk menunjukan betapa cinta dan sayangnya Nabi Nuh kepada puteranya tersebut.

Selain itu kalimat ini juga digunakan Nabi Ya'qub tatkala ia memanggil anaknya yusuf, yang terkisahkan dalam surat yusuf ayat 5,

5

Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."

Ayat ini menceritakan tatkala Nabi Yusuf bercerita kepada ayahnya bahwasannya ia bermimipi melihat matahari, bulan dan 11 bintang sedang sujud kepadanya, kemudian Nabi Ya'qub berkata kepada Nabi yusuf untuk tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya, karena dapat membahayakannya.

Pemanggilan Nabi Yusuf dengan mengguakan kalimat ini menunjukan betapa besar dan kasih sayangnya Nabi Ya'qub kepada puteranya ini. Telah diketahui bahwasannya rasa sayangnya Nabi Ya'qub kepada puteranya yusuf lebih besar daripada rasa sayangnya kepada puteranya yang lain. Ini tergambarkan dalam ayat 8 surat yusuf tersebut.

8

Dalam al-Quran penggunaan kalimat ini terulang sebanyak 6 kali, 3 kali dalam surat Luqman, dan masing-masing 1 kali dalam surat Hud, Yusuf serta surat al-Shafat.

Dalam surat al-Shafat menjelaskan tentang ceritanya Nabi Ibrahim tatkala diperintahkan untuk menyembelih puteranya sendiri.

102

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur baligh) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka apa pendapatmu.

Dalam ayat ini jelas sekali betapa besar rasa kasih sayang dan cintanya Nabi Ibrahim kepada anaknya, tatkala ia telah menantikan sekian lama untuk mendapatkan keturunan, akan tetapi ketika ia mendapatkan keturunan dan anaknya telah sampai di usia baligh ia malah diperintah untuk menyembelih anaknya tersebut. dan penggunaan kalimat yang dipakai oleh Nabi Ibrahim untuk memanggil puteranya dengan menggunakan kalimat , ini untuk menunjukan betapa besar cinta dan kasih sayang Nabi Ibrahim kepada puteranya.

Oleh karena orang tua hendaknya memanggil anaknya dengan panggilan yang baik dan penuh cinta serta kasih sayang, yang dari panggilan ini akan diikuti oleh orang lain untuk memnggil anaknya dengan panggilan baik pula. Sehingga hubungan batin antara orang tua dan anak tersebut dapat terjalin sebab adanya rasa kasih sayang dan cinta anatar orang tua dan anak, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi-Nabi terdahulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun