Namun, di saat yang sama,
Wajahku pias menghangus ,
Meratap durjana pada matahari
Tentang dirimu yang begitu saja pergi
Menepisku tanpa kata
Tanpa frasa
Terbang menjauh menerobos kabut pagi
Dengan ribuan sayap mengepak
Setelah ku genggam darimu sejuta puisi abadi
Yang kau ukir dengan cahaya putih
Bersama segenap keindahan
Oh..
Terantuk pilu ku jelajahi
Arti puisi-puisimu dulu yang mengalun sendu
Isi kehangatan pada setiap rongga kosongku
Mengundang sunggingan tulus di ujung bibirku
Apakah kau telah berbohong padaku
Tentang ranai-ranai mimpi itu..?
Sungguh,
Aku benar-benar tak mengerti...
Kini...
Biarkan aku sendiri terpejam
Tenggelam bersama kedunguan
Yang tercipta karenamu
Disini...
Bersandar pada sunyi
Tanpa puisimu lagi.
Aku takkan berlari lagi
Mengejar bulat-bulatan mempesona di udara
Membayang seuntai wajah
Pada himpitan-himpitan waktu
Berpeluh sayang, membuai syaraf dan nadi
Tidak akan !
Aku akan mengikis habis jejakmu
Yang masih mengotori lantai  istanaku
Hingga dunia akan tahu
Bahwa...
Aku telah menghapus seluruh jejakmuÂ
dan puisi-puisimu yang yang telah jauh pergi dan Sirna,Â
Bersama hembusan Badai Angin Sahara.
Sudut Ruang tak bertuan,