Mohon tunggu...
Nailatul Rahmadhani
Nailatul Rahmadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Trunojoyo bangkalan

Saya seorang mahasiswa yang hobinya membaca dan memiliki kepribadian yang sangat sabar topik konten membuat artikel

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Gus Miftah Melanggar Etika Profesi?

21 Desember 2024   10:13 Diperbarui: 21 Desember 2024   09:27 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Gus Miftah adalah seorang pendakwah yang sangat terkenal di Indonesia.  Gaya dakwah yang unik, santai, dan mampu menjangkau berbagai kalangan,sehingga membuat punya banyak pengikut. Namun, pendekatan yang ia gunakan sering menuai kritik, bahkan dituduh melanggar etika profesi sebagai seorang dai. 

1. Apa Itu Etika Profesi dalam Dakwah?

      Etika profesi adalah aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang saat menjalankan tugasnya secara profesional, termasuk dalam dakwah. Dalam konteks ini, ada beberapa hal yang dianggap sebagai prinsip dasar etika profesi dai, seperti:

. Mengajarkan ajaran agama sesuai dengan syariat. Dakwah harus berlandaskan Al-Qur'an dan Hadis tanpa menambahkan hal-hal yang melenceng.

.  juga Menjaga akhlak dan kesopanan. Penyampaian dakwah seharusnya dilakukan dengan cara yang baik, tidak menyinggung, ataupun menimbulkan kesalah pahaman.

. menghormati norma agama dan budaya. Dakwah juga seharusnya dilakukan di tempat dan waktu yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

. Dan menjunjung keikhlasan. Dakwah tidak boleh dijadikan alat untuk mencari keuntungan pribadi, popularitas, atau materi.

. Namun, yang sering jadi masalah adalah perbedaan dalam menafsirkan etika ini. Apa yang dianggap etis oleh satu kelompok belum tentu diterima oleh kelompok lain.

2. Alasan Gus Miftah Dituduh Melanggar Etika Profesi

Beberapa pendekatan dakwah Gus Miftah dianggap tidak sesuai dengan etika profesi oleh sebagian pihak. Berikut adalah beberapa alasan utamanya:

a. Dakwah di Tempat Hiburan Malam

Gus Miftah dikenal dengan keberaniannya berdakwah di tempat hiburan malam, seperti klub malam atau karaoke.Ada sebagian orang, yang tidak cocok ditempat seperti itu, untuk dijadikan dakwah karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Namun, Gus Miftah punya alasan tersendiri. Ia percaya bahwa dakwah harus menjangkau semua kalangan, termasuk mereka yang sering diabaikan. "Kalau dai hanya berdakwah di masjid, siapa yang akan mendekati orang-orang di tempat seperti itu?" katanya. Baginya, dakwah adalah soal keberanian merangkul, Dan bukan menghakimi.

b. Gaya Ceramah yang Terlalu Santai

Gus Miftah sering menggunakan bahasa sehari-hari, humor, dan pendekatan santai dalam ceramahnya. Hal ini dianggap oleh sebagian pihak terlalu ringan dan tidak mencerminkan keseriusan seorang dai.

Namun, Gus Miftah membela gaya ini dengan alasan agar dakwahnya bisa diterima oleh masyarakat luas, terutama generasi muda. Menurutnya, pesan agama akan lebih mudah dipahami jika disampaikan dengan cara yang sesuai dengan bahasa dan budaya audiens.

c. Dekat dengan Figur Publik

Gus Miftah sering terlihat berkolaborasi dengan artis, tokoh masyarakat, bahkan figur non-Muslim. Dan banyak yang menilai langkah ini kurang etis karena dianggap mendekati dunia hiburan atau mengejar popularitas.

Namun, Gus Miftah menganggap kolaborasi ini sebagai upaya memperluas jangkauan dakwah. Dengan cara ini, ia bisa menyampaikan pesan Islam kepada audiens yang lebih luas.

d. Pernyataan-Pernyataan Kontroversial

Beberapa pernyataan Gus Miftah tentang isu-isu sensitif, seperti pluralisme atau keberagaman, juga sering menuai kritik. Pendapatnya kadang dianggap bertentangan dengan pandangan kelompok tertentu, terutama dari kalangan konservatif.

3. Pandangan Gus Miftah Tentang Kritik

Gus Miftah tidak menolak kritik, selama kritik tersebut bersifat membangun. Ia menegaskan bahwa pendekatannya didasarkan pada prinsip inklusivitas. Baginya, dakwah juga bukan hanya untuk mereka yang sudah taat, tetapi juga untuk mereka yang masih mencari jalan kebenaran.

Menurutnya, dakwah tidak hanya soal tempat atau cara, tetapi lebih pada tujuan. Selama pesan agama sampai dan bisa menyentuh hati orang-orang, ia merasa tugas dakwahnya sudah tercapai. "Saya hanya ingin menyampaikan Islam dengan cara yang bisa diterima semua orang," katanya.

Gus Miftah juga percaya bahwa dakwah harus membawa kasih sayang, bukan konflik. Dalam beberapa kesempatan, ia menyatakan bahwa perbedaan pendapat adalah hal biasa, tetapi tidak boleh memecah belah umat.

4. Perbedaan Pandangan tentang Etika Dakwah

Tuduhan bahwa Gus Miftah melanggar etika profesi sebenarnya mencerminkan adanya perbedaan pandangan dalam memahami dakwah. Dan sebagian orang berpegang teguh pada pendekatan tradisional yang lebih formal, sementara Gus Miftah memilih pendekatan yang lebih fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat modern.

Perbedaan ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Dalam sejarah Islam, metode dakwah selalu berkembang sesuai dengan kondisi zaman dan tempat. Yang penting adalah tetap menjaga niat dan tujuan utama dakwah, yaitu mengajak orang kepada kebaikan.

Kesimpulan

Tuduhan bahwa Gus Miftah melanggar etika profesi itu lebih banyak berhubungan dengan perbedaan pandangan dalam memahami dakwah. Pendekatannya yang tidak konvensional memang seringkali sulit diterima oleh sebagian kalangan yang lebih mengedepankan metode dakwah tradisional dan formal. Dan banyak orang yang merasa bahwa dakwah seharusnya dilakukan dengan cara yang lebih khidmat, terstruktur, dan tidak melibatkan tempat-tempat hiburan malam atau figur publik.

Namun, bagi Gus Miftah, dakwah tidak hanya terbatas pada tempat-tempat suci seperti masjid dan majelis taklim, tetapi harus bisa menyentuh semua kalangan masyarakat, termasuk mereka yang berada di tempat-tempat yang dianggap "gelap" atau jauh dari nilai-nilai agama.

Dalam sejarah Islam, metode dakwah selalu berkembang sesuai dengan zaman dan kondisi masyarakat. Gus Miftah hanya mengikuti perkembangan zaman dengan pendekatan yang lebih modern dan relevan. Meskipun tidak semua orang setuju dengan caranya, dan yang terpenting bagi Gus Miftah adalah agar pesan Islam sampai kepada semua orang dengan cara yang tidak memaksa, tidak menghakimi, dan juga penuh dengan kasih sayang. Akhirnya, meskipun banyak kritik dan tuduhan yang ditujukan kepadanya, Gus Miftah tetap percaya bahwa dakwah harus mampu mengubah dan memberdayakan masyarakat, bukan hanya sekadar mengikuti aturan yang ada tanpa melihat konteks zaman. Dalam dunia yang terus berubah ini, dalam dakwah menjadi sangat penting asalkan tetap menjaga esensi ajaran Islam dan yang berfokus pada kebaikan umat dan kedamaian dunia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun