Gus Miftah tidak menolak kritik, selama kritik tersebut bersifat membangun. Ia menegaskan bahwa pendekatannya didasarkan pada prinsip inklusivitas. Baginya, dakwah juga bukan hanya untuk mereka yang sudah taat, tetapi juga untuk mereka yang masih mencari jalan kebenaran.
Menurutnya, dakwah tidak hanya soal tempat atau cara, tetapi lebih pada tujuan. Selama pesan agama sampai dan bisa menyentuh hati orang-orang, ia merasa tugas dakwahnya sudah tercapai. "Saya hanya ingin menyampaikan Islam dengan cara yang bisa diterima semua orang," katanya.
Gus Miftah juga percaya bahwa dakwah harus membawa kasih sayang, bukan konflik. Dalam beberapa kesempatan, ia menyatakan bahwa perbedaan pendapat adalah hal biasa, tetapi tidak boleh memecah belah umat.
4. Perbedaan Pandangan tentang Etika Dakwah
Tuduhan bahwa Gus Miftah melanggar etika profesi sebenarnya mencerminkan adanya perbedaan pandangan dalam memahami dakwah. Dan sebagian orang berpegang teguh pada pendekatan tradisional yang lebih formal, sementara Gus Miftah memilih pendekatan yang lebih fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat modern.
Perbedaan ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Dalam sejarah Islam, metode dakwah selalu berkembang sesuai dengan kondisi zaman dan tempat. Yang penting adalah tetap menjaga niat dan tujuan utama dakwah, yaitu mengajak orang kepada kebaikan.
Kesimpulan
Tuduhan bahwa Gus Miftah melanggar etika profesi itu lebih banyak berhubungan dengan perbedaan pandangan dalam memahami dakwah. Pendekatannya yang tidak konvensional memang seringkali sulit diterima oleh sebagian kalangan yang lebih mengedepankan metode dakwah tradisional dan formal. Dan banyak orang yang merasa bahwa dakwah seharusnya dilakukan dengan cara yang lebih khidmat, terstruktur, dan tidak melibatkan tempat-tempat hiburan malam atau figur publik.
Namun, bagi Gus Miftah, dakwah tidak hanya terbatas pada tempat-tempat suci seperti masjid dan majelis taklim, tetapi harus bisa menyentuh semua kalangan masyarakat, termasuk mereka yang berada di tempat-tempat yang dianggap "gelap" atau jauh dari nilai-nilai agama.
Dalam sejarah Islam, metode dakwah selalu berkembang sesuai dengan zaman dan kondisi masyarakat. Gus Miftah hanya mengikuti perkembangan zaman dengan pendekatan yang lebih modern dan relevan. Meskipun tidak semua orang setuju dengan caranya, dan yang terpenting bagi Gus Miftah adalah agar pesan Islam sampai kepada semua orang dengan cara yang tidak memaksa, tidak menghakimi, dan juga penuh dengan kasih sayang. Akhirnya, meskipun banyak kritik dan tuduhan yang ditujukan kepadanya, Gus Miftah tetap percaya bahwa dakwah harus mampu mengubah dan memberdayakan masyarakat, bukan hanya sekadar mengikuti aturan yang ada tanpa melihat konteks zaman. Dalam dunia yang terus berubah ini, dalam dakwah menjadi sangat penting asalkan tetap menjaga esensi ajaran Islam dan yang berfokus pada kebaikan umat dan kedamaian dunia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H