Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai keanekaragaman nusantara terutama: budaya, adat istiadat, tradisi, dan juga agama. Mempunyai toleransi yang sangat tinggi dalam antar agama, Sebelum mengenal islam negara indonesia disebut dengan (Nusantara) karena pada saat itu antar umat beragama masih sistem kerajaan (Hindu-Budha).
Agama Islam masuk dan berkembang di Nusantara, untuk pertama kalinya di wilayah pesisir Sumatra, yaitu ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam Samudra Pasai pada abad XIII M.
Dari pesisir Sumatra, Islam kemudian menyebar kearah Timur ke daerahdaerah di pantai Utara Jawa seperti Surabaya, Gresik, Tuban, kemudian terus ke arah Timur hingga daerah-daerah Ternate dan Tidore dikepulauan Maluku. Di pulau Jawa, keberadaan agama Islam ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam Demak pada abad XV M.
Sebagaimana Islam didaerah lain, Islam di Jawa juga berangkat dari daerah pesisir. Proses pergeseran menuju pedalaman, ditengarai oleh Kuntowijoyo sebagai pergeseran Islam kosmopolit menuju Islam agraris dan Islam yang mistik (Kuntowijoyo, 1995: 132). Sebagai pendapat Azra, ada empat hal disampaikan histiografi tradisional.
Pertama, Islam di Nusantara dibawa langsung dari Tanah Arab. Kedua, Islam diperkenalkan oleh para guru atau juru dakwah profesional. Ketiga, orang-orang yang pertama kali masuk Islam adalah penguasa. Keempat, sebagaian besar para juru dakwah profesional datang di Nusantara pada abad ke-12 dan ke-135 (Azra, 2002: 13)
Islam adalah agama sempurna di turunkan kepada Nabi Muhamad Sallalahu'alaihiwassalam ( Rahmattan lil alamin) untuk di sampaikan kepada seluruh umat manusia.
Meski hadir pertama kali dijajirah arab, tapi berkat para pedagang dan ulama, agama ini mampu menyebar ke seluruh dunia termasuk indonesia. Islam di Indonesia mampu menciptakan akulturasi dengan menyerap spirit perjuangan masyarakat lokal.
Penyatuan Islam dan kearifan lokal ini yang disebut Islam Nusantara. Islam sebagai sebuah agama mengatur kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mencapai kesejahteraan itu, manusia diberikan akal pikiran dan wahyu yang berfungsi membimbing manusia dalam perjalanan hidupnya.
Allah berfirman dalam Q.S Ali-Imran/03: 85
(85)
Artinya: Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
ajaran yang benar dan ajaran rahmatan lil-alamin (ajaran agama keselamatan). Kalangan penganut agama Islam di Jawa tingkat atas (kalangan para bangsawan) ada sekelompok tokoh pemuka agama dengan sebutan Wali.
Para wali itu dalam tradisi Jawa dikenal sebagai "Wali Sanga" (Sembilan wali). Adapun sembilan orang wali yang dikelompokkan sebagai pemangku kekuasaan pemerintah yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Muria,Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati.
Wali Sanga berkaitan dengan penyebaran dakwah Islamiyah di tanah Jawa. Dengan perjuangan para wali ini tercatat dengan tinta emas. Didukung penuh oleh kesultanan Demak Bintoro, agama Islam kemudian dianut oleh sebagian besar manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Islam benar-benar menjadi agama yang mengakar.
Wali Sanga di dalam menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa ini tidak begitu saja melangkah, melainkan mereka menggunakan taktik dan strategi yang sudah diperhitungkan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang, sehingga agama Islam disampaikan kepada rakyat dapat diterima dengan mudah dan penuh kesadaran, bukan karena terpaksa.
Dalam perjalanannya di Indonesia,ajaran Islam sudah terbukti mampu mewarnai, mempengaruhi dan mengubah budaya lokal dengan penuh kedamaiandan toleransi. Para ulama sejak dulu mengajarkan Islam sebagai agama yang anti kekerasan. Penyebaran Islam ditempuh dengan dialog penuh kebaikan, dakwah penuh keberkahan, pernikahan ulama atau pedagang dengan penduduk setempat dan akulturasi kebudayaan lokal dengan ajaran Islam.
Ajaran dakwah Wali Songo menunjuk pada usaha-usaha penyampaian dakwah islam melalui cara-cara damai, terutama melalui prinsip maw'izhatul hasanah wamujaddalah billati hiya ahsan, yaitu metode penyampaian ajaran Islam melalui cara dan tutur bahasa yang baik.
Dewasa itu, ajaran Islam dikemas oleh para ulama sebagai ajaran yang sederhana dan dikaitkan dengan pemahaman masyarakat setempat lewat proses asimilasi dan sinkretisasi.
Pelaksanaan dakwah dengan cara ini memang membutuhkan waktu lama, tetapi berlangsung secara damai. Menurut Thomas W.Arnold dalam The Preaching Of Islam (1977) tumbuh dan berkembangnya agama Islamsecara damai ini lebih banyak merupakan hasil usaha para mubaligh penyebar Islam dibandingkan dengan hasil usaha para pemimpin Negara. Inilah ajaran yang dibawakan walisongo:
1) Sunan Ampel membuat peraturan-peraturan yang Islami untuk masyarakat Jawa (Susuhuhnan ing Ngampel-denta han damel pranataning agami Islam, kanggenipun ing titian Jawi). Raja Pandhita di Gersik merancang pola kain batik, tenun lurik, dan perlengkapan kuda (Raja Pandhita ing Gresik amewahi ing polanipun ing senjang, senjang batik, kaliyan sinjang lurik, saha amewahi ing wangunipun kakapaning kuda).
Susuhunan Majagung mengajarkan menolah berbagai macam jenis masakan,lauk pauk, memperbarui alat-alat pertanian, membuat grabah (Susuhunan ing Majagung amewahi wangunipun ing olah-olahan, dadaharan utawi ulam-ulaman, kaliyan amewahi parabotipin ing among tani utawi andamel grabah).
2) Sunan Gunung Jati di Cirebon mengajarkan tata cara berdoa dan membaca mantra, tata cara pengobatan, serta tata cara membuka hutan (Kanjeng susuhuhnan ing Gunung Jati ing Cerbon, amewahi donga hakaliyan mantra, utawi parasat miwah jajampi utawi amewahi dadamelipun tiang babad wana).
3)Sunan Giri membuat tatanan pemerintahan di Jawa, mengatur perhitungan calendar siklus perubahan hari, bulan, tahun,windu, menyesuaikan siklus pawukon,juga merintis pembukaan jalan (Kanjeng Susuhunan ing Giri adamel pranatani pun ing Kraton Jawi, kaliyan amewahi bangsa pepetangan lampahing dinten wulan tahun windu, utawi amewahi lam pahing pawukon sapanunggali pun kaliyan malih amiwiti dalan tiang Jawi).
4) Sunan Bonang mengajarkan ilmu suluk, membuat Gamelan, menggubah irama Gamelan (Kanjeng Susuhunan Bonang, adamel susuluking ngelami kaliyan amewahi ricikanipun ing gangsa, utawi amewahi lgunipun ing ganding).
5) Sunan Drajat, mengajarkan tata cara membangun rumah, alat yang digunakan orang untuk memikul orang seperti tandu dan joli (Kanjeng Susuhunan Drajat, amewahi wanguning griya, utawi tiang ingkang karembat ing tiang, tandu joli sapanunggalanipun).
6) Sunan Kudus, merancang pekerjaan peleburan membuat keris, melengkapi peralatan pande besi, kerajinan emas, jugamembuat peraturan undang-undang hingga system peradilan yang diperuntukan bagi orang Jawa (Kanjeng Susuhunan Kudus amewahi dapuripun dadamel, waos duwung sapanunggalipun, utawi amewahi parabotipun bekakasing pande, kaliyan kemasan, saha adamel angger-anggeripun hingga pengadilan hukum ingkang kehinging kalampahan ing titian Jawi).
Kenapa saya mengangkat tema "fenomena ajaran walisongo" ini dan apa dampak positifnya? Pertama karena saya tertarik dengan ajaran beliau (walisongo) yang kedua memberikan nilai positif ajaran-ajaran agama islam dan menjadikan (Rahmattan lil alamin) dimana menjadikan bukti catatan tinta emas sampai sekarang akan perjuanganya dalam berdakwah menyebarkan islam juga nilai tasawuf.
Apa Impelementasi di kegiatan sosial dalam bermasyarakat? Disini saya mengambil ajaran dari sunan kalijaga (Raden Sayid) beliau menyebarkan agama islam dengan metode dakwah yaitu (wayang) dan juga dimana pada saat itu wayang merupakan hal yang spiritual bagi ajaran (hindu-budha) dengan cara ini beliau membawakan cerita tentang Mahabharata (suatu tokoh pewayangan yang berisi tentang makna kehidupan,rasa kemanusiaan, keadilan dan juga jenis" dalam kehidupan yang didasari dengan ajaran agama islam atau memasukkan corak agama islam tersebut untuk mengislamkan tanah jawa, sebuah cerita yang berasal dari gujarat india). dengan sejumlah penyesuaian yang selaras dengan ajaran Tauhid dalam Islam. Akan hal itu masyarakat menerima dengan luas .
Ada juga dengan tembang gamelan yang dibawakan oleh sunan kalijaga yaitu: lir-ilir contoh (Cak Nun kyai kanjeng) yang masih berdakwah sampai sekarang menggunakan metode yang digunakan sunan kalijaga dulu dengan menyanyikan tembang gamelan "lir ilir".
"Lir-ilir lir-ilir tandhure wis sumilir, sing ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyar, cah angon cah angor, penekna blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekna, kanggo masuh dodotiro, dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir, dondomana jlumatana,kanggo seba mengko sore, mumpung padhang rembulane, mumpung jember kalangane, yo surako surak hore".
Dan ilmu tarekat yang dibawakan oleh sunan kalijaga dari ajaran (sunan bonang) oleh para pengikutnya di berbagai tempat di Nusantara. Dampaknya hingga sekarang seperti pondok pesantren salafiyyah yang sampai sekarang pun masih dipakai.
Pelajaran tarekat dalam bentuk ruhani yang disebut mujahadah, muraqabah, musyahadah secara arif disampaikan Sunan Kalijaga baik secara tertutup (sirri) maupun secara terbuka. Pelajaran yang disampaikan secara tertutup diberikan kepada murid-murid ruhani sebagaimana layaknya proses pembelajaran di dalam sebuah tarekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H