Mohon tunggu...
Naila Qibtiah
Naila Qibtiah Mohon Tunggu... Freelancer - Public Speaking | Content Writer

Hallo, I'm INTP but I’m highly interest with public speaking, personal communication and content writer.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi Komunikasi Debat Capres, Harusnya Gimana Sih?

10 Januari 2024   22:52 Diperbarui: 11 Januari 2024   04:08 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Begitupun juga saat menyerang lawan. Terkadang dalam debat politik, argumentasi tidak selalu menggiurkan bagi massa. Maka perlu untuk teknik persuasif dan retorika untuk meyakinkan massa bahwa kelemahan dari lawan ini tidak berkompeten sebagai seorang pemimpin. Kita sering sekali ya menemukan teknik seperti ini. Bisa jadi secara pernyataan sebetulnya tidak terhubung dengan kemampuan seseorang sebagai pemimpin atau tidak terhubung dengan kebijakan atau program. Tapi seolah-olah pesan tersebut dibungkus meyakinkan massa bahwa secara personal aktor politik tersebut tidak pantas untuk dipilih. Nah biasanya kalau muncul serangan-serangan personal atau tendensius ini menimbulkan pro dan kontra dari massa. 

Nah, lalu bagaimana sikap tim netral atau ragu-ragu? Apakah solusif strategi tersebut untuk mempengaruhi suara massa? Nah, sebetulnya dibalikkan ke karakter komunikan masing-masing. Bagaimana karakter komunikan dalam memahami sebuah informasi. Atau coba komen di bawah ini ya. 

Penutup

Sekarang kita sudah tahu apa itu komunikasi debat politik, tujuan, cara dan strategi dalam debat. Jadi setiap debater memiliki strategi yang unik dalam skenario merebut suara massa. Benar atau salah suatu strategi, bukan kemampuan penulis dalam menilai suatu tulisan ini. Karena tidak ada bermaksud dalam meneliti respon massa pasca debat. Tapi kita tahu bahwa bisa saja strategi tersebut cocok dengan karakter A tapi tidak cocok dengan karakter B. 

Jadi jangan sampai pasca debat ini, karena perbedaan pilihan membuat kita saling memaki sampai terpecah belah. Karena tujuan dari debat bukan menciptakan permusahan. Tapi bagi penulis, debat merupakan seni di atas panggung dalam mempersuasif massa tanpa kekerasan, serangan fajar, tekanan maupun ancaman,  bukan?

Bagaimana, seru kan belajar komunikasi?

Yukk komen dan berikan tanggapan pembaca di kolom komentar tetapi harap dengan bijak ya. Karena tulisan ini tidak ada nuansa politik, melainkan hanya bersifat memberikan wawasan. 

Terimakasih

Sumber: 

1. Buku Argumentasi dan Narasi, Gorys Keraf.

2. Introduction to Reasoning, Toulmin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun