Mohon tunggu...
Naila Qibtiah
Naila Qibtiah Mohon Tunggu... Freelancer - Public Speaking | Content Writer

Hallo, I'm INTP but I’m highly interest with public speaking, personal communication and content writer.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi Komunikasi Debat Capres, Harusnya Gimana Sih?

10 Januari 2024   22:52 Diperbarui: 11 Januari 2024   04:08 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oke, pertama dalam ilmu komunikasi ada yang namanya 1) komunikator, 2) pesan, 3) komunikan, 4) media, 5) tujuan, 6) feedback  7) lingkungan. Dalam debat politik ada dua atau lebih komunikator. Pada intinya lawan kita berperan sebagai komunikator debat juga. Dan komunikannya adalah massa, atau suara yang ingin kita rebut dari kompotitor politik. Hal yang perlu kita perhatikan dari komunikan ada yang sudah berpihak terhadap pilihannya, ada yang masih ragu-ragu sama pilihannya, ada yang netral atau belum memilih, ada yang sudah kecewa atau benci dengan salah satu kandidat. Realistinya, pelaku politik tentu akan merebut suara dari tim netral atau ragu-ragu ini. 

Dan hal yang harus ditetapkan yang pertama ialah tujuan dari komunikasi politik yakni merebut suara dari tim netral atau ragu-ragu dan menguatkan suara yang sudah berpihak terhadapnya. Maka, hal yang harus kita baca atau analisis sebagai pelaku politik atau tim sukses kampanye, atau penasihat komunikasi itu kampanye ialah  komunikator, komunikan, media dan lingkungan.  Karena hasil dari analisis ketiga tersebut akan mempengaruhi dalam perumusan pesan dalam bentuk argumen, persuasif maupun menggunakan teori komunikasi lainnya.

Contoh seperti ini, kalau karakter komunikannya cenderung berpikir inovatif, maka berikan gagasan atau kebijakan yang inovasi, menarik, out of the box. Kalau komunikannya cenderung realistis, maka dalam pesannya perlu perhitungan. Tapi kalau komunikannya cenderung lebih suka pendekatan emosional, maka selipkan diksi-diksi yang menyentuh hati komunikan. Karakter komunikator juga sebetulnya penting. Bisa jadi, aktor politik tersebut sebetulnya memiliki kompetensi sebagai pemimpin. Tapi karena karakternya cenderung bertentangan atau tidak disukai oleh massa, maka bisa saja tidak dipilih dan karakter ini akan dimanfaatkan oleh lawan sebagai bentuk kelemahan.

Sedangkan lingkungan itu, perlu untuk diprediksi. Karena bisa saja debat capres di Indonesia berbeda dengan debat capres di Amerika Serikat, karena bisa saja terdapat peraturan seperti Undang-Undang ataupun kode etik yang berbeda. Jangan sampai deh, karena ga membaca ini, bisa terjerat pasal akhirnya terjerat hukum atau kriminal. 

Sedangkan untuk feedback, karena konteks debat capres di Indonesia tidak ada feedback secara langsung dari massa. Maka para pelaku politik bisa membaca feedback tidak langsung dalam setiap tutur kata dan perilaku kita dalam komunikasi debat politik nantinya.

Selain itu, kita perlu memprediksi unsur-unsur komunikasi kompotitor debat dan juga prediksi skenario politik yang akan dilakukan oleh kompotitor politik. Hal ini dilakukan agar pelaku politik tidak terjebak dalam skenario politik kompotitor. Lebih jelasnya, akan dibahas lanjut di bawah ini.

Lalu bagaimana strategi saat debat?

Pada intinya dalam debat ada 3 strategi yang perlu kita ketahui, 1) bertahan, 2) menyerang, dan 3) menghindar. Dan tujuan dari debat selain keberpihakan, juga terdapat tujuan yakni merebut suara massa dalam bentuk menjatuhkan/melemahkan kompotitor debat. Sehingga dalam komunikasi debat politik terdapat skenario politik untuk melemahkan kompotitor.

Dalam 3 aspek strategi debat, selain mempertimbangkan hasil analisis yang sudah debater buat. Debater perlu menganalisis dan memprediksi unsur-unsur komunikasi dan 3 strategi debat dari kompotitor. Hal ini, digunakan untuk strategi menyerang dari kelemahan posisi kompotitor dengan mempertimbangkan asumsi komunikan dan lingkungan. Dan juga strategi bertahan komunikator saat kompotitor memberikan pernyataan atau data yang tidak sesuai fakta maupun sikap pembelaan terhadap suatu pernyataan atau data yang tidak sepenuhnya benar. 

Namun, perlu dipahami bahwa setiap masing-masing dari debater memiliki kelemahan dan menjadi peluang bagi debater lainnya. Kelemahan dari debater bisa dimasukkan dalam skenario politik kompotitor. Maka suatu pernyataan atau data yang dilontarkan oleh kompotitor yang mampu mempengaruhi suara dari massa, terkadang debater perlu menguasai strategi menghindar tanpa terlihat menghindar. Di sinilah, perlu bagi debater menguasai teknik persuasif dan retorika. 

Selain, sebetulnya teknik ini juga bisa digunakan untuk bertahan ataupun menyerang lawan. Contoh saat debater tidak miliki data yang begitu kuat untuk bertahan tapi kalau tidak bertahan maka akan mempengaruhi banyak suara dari massa. Maka debater bisa menyelipkan pesan-pesan persuasif atau retorika. Tetapi ini bisa saja tidak berhasil, jika debater tidak meyakinkan secara non verbal, capability, track recordnya, atau penyampaian tidak sesuai dengan karakter komunikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun