Mohon tunggu...
Naila Qibtiah
Naila Qibtiah Mohon Tunggu... Freelancer - Public Speaking | Content Writer

Hallo, I'm INTP but I’m highly interest with public speaking, personal communication and content writer.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mempersiapkan Diri Jadi Orang Tua di balik Tren "Hi Kids"

27 Desember 2023   21:47 Diperbarui: 18 Juni 2024   00:00 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Warga Indonesia memang dikenal unik dan kreatif, dalam membuat suatu karya digital hingga viral, salah satunya lewat platform Tiktok. 

Baru-baru ramai sebuah tren "Hi Kids" yang sedang di platform media sosial salah satunya ialah Tiktok. Tren yang diramaikan oleh video anak muda berisi pesan buat anaknya kelak.  

Mayoritas video ini diunggah oleh content creator yang belum menikah. Namun ada juga beberapa yang sudah menikah ikut mentrendingkan #hikids. Mereka berharap bahwa pesan pada video tersebut dapat tersampaikan kepada anaknya di masa depan kelak. Kekhasan pada video ini ialah terdapat pada openingnya yakni "Hi kids this is your mom/dad", yang dilanjutkan oleh harapan-harapan bagi calon orang tua kepada anaknya di masa depan.

Namun menariknya bagi penulis, tren ini menyadarkan kepada kita bahwa sebagai seorang anak, kita tidak bisa menginginkan terlahir dari orang tua seperti apa. Tetapi kita bisa mengusahakan untuk menjadi orang tua seperti apa kepada anak kita nantinya.

Oleh sebab itu, beberapa kolom komentar video tersebut mengatakan bahwa tren ini sebetulnya pemenuhan dari inner child kita. Tapi menurut penulis sendiri, terlepas dari inner child atau pengalaman masa kecil. Justru tren ini membuat harapan baru bagi seorang anak muda yang ingin lebih baik dari orang tuanya saat menjadi orang tua kelak. Karena kita tahu bahwa hasil dari pendidikan orang tua akan dirasakan langsung oleh seorang anak. 

Mungkin, kita menginginkan saat jadi orang tua nanti akan menjadi orang tua yang selalu menjadi tempat curhatan bagi anaknya. Karena kita sadar, bahwa tidak ada yang jauh lebih baik seorang anak yang terbuka dengan orang tuanya daripada dengan teman sebayanya. Mungkin, kita menginginkan anak kita menjadi anak yang kuat dan selalu berjuang dalam kehidupannya, karena kita menyadari bahwa proses tumbuh dewasa memaksa kita untuk kuat dalam bertahan. Mungkin, kita menginginkan anak kita akan menangis dipundak kita, karena kita menyadari rasa sakitnya untuk menahan rasa sedih di depan orang tua. 

Selain itu, tren ini juga sebagai motivasi bagi anak muda untuk menjadi orang tua yang jauh lebih baik. Sehingga harus berjuang saat ini, seperti belajar dengan baik, mati-matian bekerja, tidak pernah menyerah dalam mencari kerjaan, tidak pernah menyerah untuk memperbaiki nasib atau hidup, karena kita menginginkan anak kita lahir dari keadaan orang tua yang siap lahir dan batin. Atau kita berjuang untuk menjadi perempuan yang berpendidikan, agar anak kita kelak lahir dari rahim seorang ibu yang berpendidikan. 

Beberapa tren ini juga melarang anaknya menirukan karakter buruk dari dirinya, seperti rebahan dan malas-malasan. Karena tentunya sebagai orang tua, kita tidak ingin anak kita memiliki karakter seperti itu. Pada akhirnya, tren ini mengajarkan kita untuk mempersiapkan diri sebagai orang tua, bukan?

Lalu bagaimana cara kita mempersiapkan diri sebagai orang tua nantinya? Nah, pada tulisan ini penulis akan membagikan hal-hal yang perlu dipersiapkan sebagai orang tua yang baik nantinya untuk melahirkan generasi yang baik. Tapi perlu disclaimer, penulis tidak menolak jika ada masukan lainnya.

1. Komunikasi Dengan Pasangan

Hubungan orang tua yang stabil, merupakan pondasi kuat dalam rumah tangga. Hubungan yang stabil ini terdapat pada komunikasi yang baik dan pemahaman bersama tentang peran dan tanggung jawab dalam berkeluarga. Sebetulnya, banyak sekali hubungan yang berantakan atau tidak harmonis dikarenakan miss komunikasi. 

Oleh sebab itu, katanya menikah itu adalah ngobrol seumur hidup. Bagaimana obrolan tersebut dapat menyelesaikan setiap dinamika dan tantangan dalam berumah tangga. Seperti ngobrolin soal pendidikan anak, ngobrolin soal beli aset, ngobrolin soal karir atau pekerjaan dll. Maka komunikasi dengan pasangan, bisa dipersiapkan dan dibiasakan dari pra menikah atau saat menjalin hubungan seperti pacaran atau tunangan.

2. Kesiapan Pengetahuan dan Perkembangan Anak

Kesiapan menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Menjadi orang tua artinya menjadi seorang pembelajar yang akan terus belajar tanpa henti. 

Sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab untuk membesarkan jiwa dan raga buah hati kita kelak nantinya. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, pentingnya untuk kita sebagai orang tua memahami tahapan psikologi perkembangan anak dan prinsip-prinsip dalam ilmu parenting. Oleh sebab itu, mulailah untuk baca-baca buku psikologi anak, berkonsultasi dengan psikolog, dan saling mendukung serta berdiskusi sesama orang tua. Selain itu, menjadi orang tua kita juga harus siap untuk sikap terbuka terhadap perubahan zaman.

3. Kesiapan Finansial

Banyak yang salah kaprah dengan kesiapan finansial, ada yang mengatakan bahwa banyak anak banyak rezeki tapi orang tua enggan untuk bekerja keras. Ada juga yang memilih tidak ingin memiliki anak (child free) karena tidak bisa memenuhi kesiapan finansial ini. Bahkan ada beberapa orang tua yang melakukan hal keji dan irasional, seperti membuang atau membunuh anaknya karena merasa terbebani secara biaya. 

Oleh sebab itu, pentingnya kesiapan finansial sebelum menjadi orang tua. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga memikirkan dan merencakan kebutuhan masa depan anak seperti pendidikan, kesehatan, perawatan, perkembangan anak, dan juga biaya rumah tangga lainnya. Kesiapan finansial ini, bisa saling support dari suami dan istri. Bahkan bisa dipersiapkan dari masa lajang sekarang ini.

4.  Kesiapan Emosional (mental)

Terkadang sebetulnya, permasalahan-permasalahan pola asuh bukan dari finansial melainkan dari kurangnya persiapan emosional.

Penulis jadi teringat salah satu drama korea tentang parenting yakni "Birthcare Center", saat itu penulis ingin belajar emosi yang dirasakan orang tua saat memiliki buah hati/ perasaan cinta mereka. Tak disangka, seorang anak yang harusnya disambut dengan perasaan gembira atau suka cita, bisa berubah menjadi perasaan terancam bahkan depresi. Hal ini dikarenakan psikologi orang tua yang belum siap menerima kehadiran anaknya. Selain itu juga faktor lingkungan yang tidak mendukung atau memperhatikan ibunya setelah mengalami proses melahirkan yang begitu sakit dan berat. Perasaan khawatir tidak bisa menjadi orang tua yang baik, juga dialami oleh sosok ibu maupun ayah bagi bayi tersebut. 

Oleh sebab itu, pentingnya kesiapan emosional sebagai orang tua. Karena menjadi orang tua menyadari bahwa waktu dan keinginan kita akan banyak disubstitusikan untuk kepentingan sang anak. Atau bahasa yang sering kita dengar dari lisan orang tua kita adalah orang tua rela gak makan, supaya anaknya dulu yang makan. Kesiapan emosioanal ini, bisa diatasi dari komunikasi dengan pasangan, ilmu, finansial, dan juga dukungan dari keluarga atau lingkungan sekitar.

4. Kesehatan Fisik

Kesehatan jasmani merupakan faktor yang juga gak kalah penting. Sebagai orang tua tentu kita akan sangat sedih jika anak kita harus dibawa bolak-balik ke rumah sakit. Oleh sebab itu, pentingnya memperhatikan keadaan fisik kita dan pasangan kita kelak. Selain itu, perlu memperhatikan keadaan fisik saat pra menikah, kehamilan, persalinan, melahirkan hingga merawat anak. 

Perhatikan juga pola makan yang sehat untuk anak. Oleh sebab itu, sebagian besar orang tua meskipun sibuk dalam bekerja tetap mempersiapkan bekal yang sehat untuk anaknya ke sekolah. Hal ini untuk menjamin kebutuhan makan anak yang bergizi. 

5. Dukungan Sosial

Ini akan cocok dengan perempuan, mungkin sebagai ibu kita terlalu sibuk di rumah karena tuntutan peran dan tanggung jawab di rumah. Sampai-sampai kita lupa untuk hangout bareng teman-teman seperti dulu. Hal ini, akhirnya membuat ibu seringkali mengalami setres saat di rumah. Oleh sebab itu, sangat gapapa jika nanti sudah jadi ibu meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman-teman atau quality time bersama pasangan nantinya, yaa.

Nah itu, beberapa hal yang bisa kita siapkan sebagai orang tua nantinya. Boleh ya dipersiapkan dari masa single kamu sekarang ini, hehe. Jangan jadi orang tua yang toxic untuk anaknya, sebab seorang anak tidak akan pernah bisa memilih dilahirkan dari orang tua seperti apa. Tapi kita sebagai orang tua nantinya, bisa menginginkan menjadi orang tua yang sudah mempersiapkan segala aspek untuk menjadi orang tua nantinya. Bukan hanya untuk anak kita, tetapi untuk diri kita sendiri juga sebenarnya.

Referensi:

https://sincerehealthcaregroup.com/are-you-ready-for-parenthood-signs-you-are-ready-for-a-baby/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun