Kemudian pesantren memasukkan sistem madrasah. Melalui sistem ini, jenjang pendidikan mulai dibagi menjadi tiga, yaitu: madrasah, tsanawiyah, dan aliyah. Sistem madrasah ini mendorong pesantren hingga jumlahnya meningkat pesat. Pesantren-pesantren modern berkulikulum Kulliyyatul Mu'allimin al-Islamiyah mulai bermunculan, diawali dengan Pondok Modern Gontor. Â
Pesantren macam ini cukup unik karena mengalami penyetaraan dengan sekolah negri, sehingga para santrinya tidak perlu khawatir akan urusan ijazah walaupun tidak adanya ujian nasional di pesantren semacam ini. Sebab, untuk syarat kelulusannya sendiri, pesantri berkurikulum KMI memiliki kriteria tersendiri yang berbeda dengan sekolah negri lain.
Pesantren bukan hanya berfungsi sebagai sumber menimba ilmu saja, tapi juga menjadi tempat penghimpun kekuatan dalam melawan para penjajah di tanah air. Sebut saja  K.H. Zainal Musthafa dan Kiai Emas yang berjuang bersama para santrinya dalam melawan penjajah Jepang yang memeras para petani Sukamanah, Tasikmalaya. Zainal Mustofa merupakan pemuda yang cerdas dan pemberani.Â
Ia membangun pesantren Sukamanah ketika usianya masih menginjak 26 tahun. Eksistensinya bukan hanya dalam dunia pesantren saja, ia yang memang sejak awal mencurigai strategi penjajahan kolonial Jepang turut menghimpun santri-santrinya untuk melumpuhkan kekuatan Jepang. Â Â
Sejak dulu pesantren dikenal sebagai tempat pengajaran ilmu agama dan tradisi islam. Fungsi ini terus berkembang karena adanya tuntutan pembangunan di Indonesia yang mengharuskan pesantren terlibat di dalamnya. Berdasarkan uraian di atas, pesantren telah lama menjadi lembaga yang memiliki kontribusi penting dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia serta besarnya jumlah santri pada tiap pesantren menjadikan lembaga ini layak diperhitungkan dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa di bidang pendidikan dan moral.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI