Keduanya bersama-sama menciptakan individu yang tidak hanya mematuhi aturan dan prinsip moral, tetapi juga terhubung secara mendalam dengan orang-orang di sekitarnya, menciptakan lingkungan yang lebih adil, penuh perhatian, dan bermakna.
Contoh perilaku integritas motivasi dan empatiÂ
Contoh perilaku integritas yang dipengaruhi oleh empati dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari lingkungan kerja, kehidupan sosial, hingga hubungan personal. Integritas dan empati saling mendukung untuk menghasilkan tindakan yang benar secara moral dan etis, namun juga mempertimbangkan perasaan serta kebutuhan orang lain.Â
Kombinasi dari kedua nilai ini tidak hanya memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan prinsip moral yang benar, tetapi juga dilakukan dengan kesadaran penuh terhadap dampaknya bagi orangorang di sekitarnya.
1. Pemimpin  Perusahaan yang  Adil  dan  Peduli  terhadap Karyawan
Seorang pemimpin perusahaan dihadapkan pada keputusan sulit untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena keadaan ekonomi yang menekan. Dengan integritas, pemimpin tersebut tahu bahwa keputusan ini tidak bisa dihindari untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Namun, ia juga dipengaruhi oleh empati yang membuatnya sangat memperhatikan dampak keputusan ini terhadap kehidupan karyawannya.
 Sebagai tindakan empati, pemimpin tersebut memastikan bahwa karyawan yang terdampak mendapatkan pesangon yang layak, bimbingan karier, dan bantuan dalam mencari pekerjaan baru.Â
Selain itu, pemimpin tersebut mungkin memilih untuk tidak melakukan PHK secara massal, tetapi mencoba mengurangi jam kerja atau menawarkan cuti sementara, agar karyawan tetap memiliki penghasilan selama masa sulit. Di sini, integritas menjaga keputusan tetap berada dalam jalur yang benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan, sementara empati membuat keputusan itu dilaksanakan dengan cara yang lebih manusiawi.
2. Guru yang  Berintegritas d an  Berempati  Terhadap  Kesulitan  Siswa
Seorang guru yang berintegritas mungkin memiliki aturan ketat tentang disiplin, seperti batas waktu pengumpulan tugas. Namun, ketika seorang siswa yang biasanya disiplin meminta perpanjangan waktu karena mengalami masalah pribadi atau keluarga, guru tersebut, karena empati, mempertimbangkan situasi tersebut.Â
Guru tetap menjaga integritas profesionalnya dengan tidak sepenuhnya mengabaikan aturan, tetapi memberikan kelonggaran bagi siswa tersebut untuk menyelesaikan tugasnya.