Diet   puasa   atau intermittent   fasting melibatkan interval membatasi asupan makanan  untuk  waktu  yang  lama.  Untuk yang ingin memulai intermittent fasting, berikut terdapat beberapa macam metode yang dapat dilakukan, diantaranya:Â
The 5:2 Diet
Metode ini dilakukan dalam dua hari per minggu dengan cara membatasi jumlah konsumsi satu kali porsi makan atau sekitar 500-600 kalori. Sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan berserat tinggi dan berprotein tinggi untuk menjaga kalori tetap rendah saat berpuasa. Selama lima hari dalam seminggu lainnya dapat makan secara normal. Contohnya, jika memilih untuk makan secara normal setiap hari dalam seminggu kecuali hari Minggu dan Senin.Â
The 16/8 method
Anda dapat mengonsumsi makanan selama 8 jam dan puasa selama 16 jam. Contoh: Anda boleh makan dari 10 pagi sampai 6 sore, lalu dilanjutkan berpuasa hingga 16 jam ke depan. Beberapa orang merasa mudah untuk bertahan dengan metode ini dalam jangka panjang.
Eat-Stop-Eat
Metode ini dilakukan dalam sekali atau dua kali seminggu dengan berpuasa selama 24 jam penuh. Anda bisa berpuasa dari waktu sarapan hingga sarapan berikutnya, kemudian dilanjutkan dengan setelah satu hari tidak berpuasa. Dengan metode ini, efek samping yang ditimbulkan bisa ekstrim, seperti kelelahan, sakit kepala, dan lapar.
 Setelah periode puasa 8 hingga 12 jam, hati mulai memecah asam lemak untuk menghasilkan badan keton. Tubuh manusia menggunakan badan keton sebagai sumber bahan bakar alternatif untuk mempertahankan organ vital dan jaringan ketika sumber tipikal (glukosa) tidak tersedia. Studi telah menunjukkan bahwa diet puasa (intermittent fasting) menurunkan penanda inflamasi darah dan meningkatkan regulasi glukosa. Metode diet tersebut memiliki efek dalam perubahan berat badan, perubahan metabolik pada tubuh baik jangka panjang maupun jangka pendek, serta perubahan massa otot akibat dari diet puasa yang dilakukan.Â
Diet Ketogenik
Diet ketogenik atau keto adalah pendekatan diet yang ditandai dengan asupan tinggi lemak dan rendah karbohidrat, yang bertujuan untuk memfasilitasi penurunan berat badan, meningkatkan kejernihan mental, dan meningkatkan tingkat energi. Dengan mengurangi konsumsi karbohidrat secara signifikan dan meningkatkan asupan lemak dan protein, pola makan ini menginduksi keadaan metabolisme yang disebut ketosis, di mana tubuh menggunakan lemak sebagai sumber bahan bakar utama, bukan karbohidrat. Â Distribusi makronutrien biasanya berkisar antara 55% hingga 60% lemak, 30% hingga 35% protein, dan 5% hingga 10% karbohidrat. Misalnya, dalam diet 2000 kkal per hari, jumlah karbohidrat yang diijinkan adalah sekitar 20 hingga 50 gram setiap hari. Tujuan utama dari diet ketogenik adalah untuk mengurangi lemak tubuh secara keseluruhan dan meningkatkan kesehatan metabolisme. Penelitian terbaru menunjukkan potensi manfaat dalam mengurangi risiko penyakit tertentu, termasuk diabetes tipe 2, hiperlipidemia, penyakit jantung, dan kanker.
Kepatuhan terhadap diet ketogenik dalam jangka panjang dapat menjadi tantangan, seperti halnya perubahan gaya hidup apa pun. Meskipun diet ketogenik telah menunjukkan hasil yang unggul dalam menginduksi penurunan berat badan yang cepat dan berkelanjutan pada individu dengan obesitas hingga dua tahun, memahami dampak klinis, keamanan, tolerabilitas, kemanjuran, durasi pengobatan, dan prognosis jangka panjang setelah penghentian diet memerlukan investigasi lebih lanjut. Durasi mengikuti diet ketogenik bisa berkisar dari minimal 2 hingga 3 minggu hingga 6 hingga 12 bulan. Pemantauan ketat terhadap fungsi ginjal saat menjalani diet ketogenik sangat penting, dan peralihan dari diet ketogenik ke diet standar harus dilakukan secara bertahap dan terkontrol dengan baik.