Mohon tunggu...
Naila AkyasaFR
Naila AkyasaFR Mohon Tunggu... Lainnya - Bismillah

hai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kampung Pulo Pariwisata Bernuansa Budaya dan Sejarah

29 Agustus 2020   16:45 Diperbarui: 29 Agustus 2020   16:42 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbeda dengan ziarah pada umumnya, ziarah masyarakat kampung Pulo mesti menyalakan bara api, kemenyan, cerutu, dan juga tidak lupa menyiapkan bunga.

Kepercayaan-kepercayaan yang melekat pada masyarakat kampung Pulo hingga kini masih tetap dijalankan.

Jumlah rumah di kampung Pulo tidak boleh ditambah ataupun dikurangi. Rumah adalah warisan bagi anak perempuan, bagi anak laki-laki tidak diperbolehkan bermukim di kampung Pulo, setelah menikah 2 minggu mesti meninggalkan kampung Pulo tersebut.

Kampung Pulo ini masih sama halnya dengan pemukiman lain. Hanya yang membedakan adalah adat istiadat yang masih begitu melekat dan aturan adat yang tetap dijaga.

Meskipun dalam beberapa ritual sudah terjadi perubahan. Adat istiadat yang memiliki keunikan selalu dipelihara dan dijaga, serta dilaksanakan oleh masyarakat kampung Pulo. Karena menurut keyakinan masyarakat akan menimbulkan malapetaka atau kejadian yang dahsyat apabila melanggar pantangan atau pamali tersebut.

Pemukimannya yang asri dan juga sejuk ini, memikat wisatawan baik lokal maupun manca negara. Berwisata ke Kampung Pulo ini cukup menyiapkan Rp. 3.000-Rp. 5.000, dalam sebulan wisatawan yang berkunjung berkisar sekitar 300 orang. Sebelum memasuki kampung Pulo kita disuguhi pedagang yang menjajakan berbagai macam pernak pernik baik kesenian Garut ataupun miniatur Candi Cangkuang.

Budaya unik yang dilestarikan seperti ini adalah salah satu pelestarian budaya dan adat istiadat. Dengan dijadikannya sektor pariwisata selain mendapat keuntungan untuk daerah, pariwisata bernuansa budaya dan sejarah ini juga dapat mengembangkan minat kaum muda untuk lebih mencintai dan menggali sejarah dan budaya lokal dibanding budaya dan pariwisata dari negeri orang.

Padahal di Indonesia ini, lebih khususnya daerah Jawa Barat sendiri terdapat ribuan tempat pariwisata berbagai jenis bidang mulai dari sejarah, budaya, sains, alam, dan hiburan yang lebih menarik dari wisata negeri orang.

(Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun