B. Teori belajar behavioristik
  Teori Behavioristik ini Mempelajari perilaku manusia dengan fokus pada pengaruh belajar terhadap tingkah laku. Pendekatan ini berargumen bahwa tingkah laku manusia dapat dijelaskan melalui hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respons) yang bersifat mekanistik. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa tingkah laku ditentukan oleh aturan yang dapat diprediksi dan diukur. Menurut teori ini, individu belajar melalui pengalaman yang mengaitkan tingkah laku tertentu dengan hasil, seperti hadiah atau hukuman. Oleh karena itu, tingkah laku dianggap sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respons, dan pengamatan tingkah laku menjadi metode utama dalam mempelajari individu.
• John B. Watson: Dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme, Watson menekankan bahwa perilaku dapat dipelajari melalui interaksi antara stimulus dan respons. Ia percaya bahwa proses belajar harus dapat diamati dan diukur, dan bahwa faktor mental tidak perlu diperhitungkan dalam analisis perilaku.
• Ivan P. Pavlov: Terkenal dengan eksperimen kondisioning klasiknya, Pavlov menunjukkan bagaimana stimulus netral dapat menjadi perangsang bersyarat yang menghasilkan respons. Dalam percobaan dengan anjing, Pavlov menemukan bahwa suara bel (stimulus bersyarat) dapat memicu keluarnya air liur (respons) setelah diulang bersama dengan makanan (stimulus tidak bersyarat).
• B.F. Skinner: Sebagai pengembang lebih lanjut dari teori Watson, Skinner memperkenalkan konsep pengkondisian operan. Ia menggunakan eksperimen dengan tikus dalam kotak Skinner untuk menunjukkan bahwa perilaku dapat dimodifikasi melalui hadiah. Skinner berpendapat bahwa perkembangan individu dapat dipelajari dan berubah sesuai pengalaman lingkungan, tanpa perlu mempertimbangkan proses mental yang tidak dapat diamati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H