Aktivitas ini bukan hanya membantu mereka memahami emosi tetapi juga mengasah kemampuan berbahasa mereka. Sebagai contoh, sebuah puisi sederhana yang menggambarkan perasaan seorang anak yang kehilangan mainannya dapat membantu siswa memahami emosi sedih dan rasa kehilangan. Dengan cara ini, puisi menjadi media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai empati dan kemanusiaan.
Melalui pendekatan ini, guru tidak hanya mengajarkan keterampilan berbahasa, tetapi juga membentuk karakter siswa yang lebih peduli dan peka terhadap lingkungan sekitar. Aktivitas seperti membaca puisi bersama-sama atau menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi dapat menjadi langkah awal yang efektif untuk menanamkan nilai empati.
Guru dapat membimbing siswa untuk membuat puisi sederhana dengan topik seperti "Perasaanmu ketika melihat temanmu menangis" atau "Apa yang ingin kamu katakan kepada orang yang sedang sedih?". Aktivitas ini memberikan ruang kepada anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka dan belajar memahami emosi orang lain.
Selain membaca dan menulis puisi, aktivitas bermain peran juga dapat digunakan untuk mengajarkan empati melalui puisi. Misalnya, siswa dapat diberi tugas untuk memerankan karakter dalam sebuah puisi yang mereka baca. Dengan cara ini, mereka tidak hanya belajar memahami isi puisi tetapi juga mempraktikkan empati secara langsung.
Aktivitas lain yang dapat dilakukan adalah meminta siswa memberikan apresiasi terhadap puisi yang dibuat teman-temannya. Melalui proses ini, siswa belajar untuk saling menghargai dan memberikan umpan balik yang positif. Ini adalah bagian penting dari pembelajaran empati, karena mengajarkan mereka untuk memperhatikan perasaan orang lain saat memberikan komentar.
Pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan puisi di kelas rendah memiliki dampak positif yang signifikan. Banyak guru melaporkan bahwa siswa yang terlibat dalam aktivitas berbasis puisi menunjukkan peningkatan dalam keterbukaan mereka untuk berbagi perasaan.
Mereka juga menjadi lebih peka terhadap perasaan teman-teman mereka, yang tercermin dalam perilaku sehari-hari mereka di dalam kelas. Contohnya, seorang guru di sebuah sekolah dasar pernah membagikan pengalaman menggunakan puisi untuk membantu siswa memahami konsep berbagi.
Setelah membaca puisi tentang seorang anak yang merasa kesepian karena tidak memiliki teman, siswa di kelas mulai lebih sering menunjukkan inisiatif untuk bermain bersama teman-teman yang biasanya mereka abaikan. Kisah-kisah seperti ini menunjukkan bahwa puisi dapat menjadi alat yang efektif untuk menumbuhkan empati dan mempererat hubungan sosial di dalam kelas.
Selain manfaatnya bagi siswa, penggunaan puisi juga memberikan dampak positif bagi guru. Guru yang menggunakan puisi dalam pengajaran mereka sering kali merasa lebih dekat dengan siswa mereka. Interaksi yang terjalin selama aktivitas berbasis puisi membantu guru memahami kebutuhan emosional siswa, sehingga mereka dapat memberikan dukungan yang lebih baik.
Guru juga dapat memanfaatkan puisi untuk menciptakan suasana belajar yang lebih hangat dan penuh makna. Dengan membaca puisi bersama siswa, guru dapat menunjukkan empati mereka sendiri, yang pada gilirannya memberikan contoh nyata kepada siswa tentang pentingnya memahami perasaan orang lain.
Empati adalah kemampuan memahami dan merasakan emosi orang lain, yang menjadi landasan penting dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Pada usia sekolah dasar, empati memiliki peran besar dalam perkembangan anak, terutama dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan membentuk karakter positif seperti kepekaan dan rasa peduli.