Di era modern yang serba cepat ini, kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain menjadi salah satu keterampilan yang sangat penting. Empati tidak hanya membantu seseorang membangun hubungan sosial yang sehat, tetapi juga menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang harmonis.
Kemampuan ini sebaiknya ditanamkan sejak usia dini, terutama pada siswa kelas rendah, agar mereka tumbuh menjadi individu yang peduli terhadap sesamanya. Usia sekolah dasar merupakan masa kritis untuk membentuk karakter anak.
Pada periode ini, anak-anak berada pada tahap perkembangan kognitif dan emosional yang membutuhkan bimbingan khusus untuk membantu mereka memahami konsep-konsep abstrak seperti empati. Penguatan nilai-nilai empati pada siswa kelas rendah menjadi salah satu fondasi penting dalam membangun generasi yang lebih peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
Empati adalah kemampuan untuk memahami, merasakan, dan bahkan berbagi emosi orang lain, yang memainkan peran sentral dalam membangun hubungan yang sehat. Pada usia sekolah dasar, terutama kelas rendah, empati berkontribusi secara signifikan terhadap pembentukan karakter positif, seperti kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, rasa peduli, dan kemampuan komunikasi yang lebih baik.
Namun, jika empati tidak dikembangkan dengan baik, anak-anak dapat menghadapi kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi konflik sosial di lingkungan sekolah.
Sayangnya, pengembangan empati sering kali terabaikan dalam dunia pendidikan, khususnya pada siswa kelas rendah. Kurikulum pendidikan dasar lebih banyak berfokus pada pencapaian akademik, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, sementara aspek emosional sering kali kurang mendapatkan perhatian.
Anak-anak di usia ini membutuhkan lebih banyak stimulus untuk memahami emosi orang lain, tetapi sering kali perhatian lebih besar diberikan pada penguasaan akademik. Akibatnya, anak-anak kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kepekaan emosional mereka.
Selain itu, tantangan di era digital juga semakin memperparah situasi. Kebiasaan anak-anak yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan perangkat digital cenderung mengurangi interaksi sosial secara langsung. Interaksi langsung ini sebenarnya sangat penting dalam proses pembelajaran empati, karena anak-anak belajar mengenali ekspresi wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh orang lain.
Salah satu cara kreatif untuk menanamkan empati pada siswa kelas rendah adalah melalui puisi. Puisi memiliki kekuatan untuk menggugah emosi dan membawa pembacanya ke dalam dunia yang penuh makna. Dengan pilihan kata yang indah dan sarat makna, puisi mampu membantu anak-anak memahami perasaan orang lain dan menumbuhkan sensitivitas terhadap keadaan sekitar.
Ketika anak-anak membaca atau menulis puisi, mereka diajak untuk merenungkan pengalaman mereka sendiri serta memahami sudut pandang orang lain.