Secara  otomatis mereka yang hidup dengan kondisi seperti itu tentu saja akan lebih banyak menggunakan otak mereka untuk mengamati dan berpikir agar terseleisaikannya permasalahan terkait keterbatasan teknologi kemudian memperoleh jalan keluar dan mendapatkan banyak pengalaman untuk mengatasi persoalan hidup.Â
Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa orang pada zaman dahulu memiliki kapsitas otak lebih besar untuk menyimpan memori dibandingkan kapasitas otak pada orang zaman sekarang.Â
Hal ini dikarenakan orang zaman dahulu serba keterbatasan teknologi secara otomatis memaksa otak mereka untuk berpikir keras guna menciptakan alat untuk mempermudah aktivitas kehidupan mereka. Karena otak sering digunakan maka otak mengalami pelebaran kapasitas dalam menampung ingatan,Â
sehingga otak mereka mampu menyimpan banyak informasi yang diperlakukan untuk keberlangsungan hidup mereka,Â
dibandingkan dengan orang pada zaman sekarang yang dipermudah segala akses pemenuhan kebutuhan hidup mereka oleh kecanggihan teknologi sehingga mereka lebih sering mengaggurkan otak mereka karena tidak dipakai untuk berpikir yang membuat otak tidak bisa mengalami pelebaran kapasitas dalam menyimpan ingatan .
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa tingkat kecerdasan tiap orang sejatinya berbeda-beda tergantung sejauh mana ia menjalani kehidupan atau mempergunakan otak mereka untuk berpikir. Jarang sekali kita mendengar ada yang mengatakan bahwa setiap anak mempunyai kecerdasan yang berbeda dan berlainan satu dengan yang lain.Â
Bila kita lihat dalam ruang lingkup pendidikan kita, Â kerap kali orang tua mengukur kecerdasan anak mereka dengan cara melihat nilai dari mata pelajaran matematika, sebagai contoh anak yang memiliki ingatan yang kuat terhadap rumus dan mampu mengelola angka pada mata pelajaran matematika diasumsikan sebagai anak cerdas,Â
kemudian justru sebaliknya, kondisi miris yang sangat menyayat hati sekaligus menyedihkan adalah kerap kali dianggap tidak cerdas sama sekali serta disematkan label bodoh dan tidak bisa berpikir kepada anak-anak yang memiliki nilai rendah pada pelajaran matematika.
Pada dasarnya, cara setiap anak ketika belajar berbeda-beda dalam kata lain tiap anak memiliki pola belajarnya sendiri. karena semua itu erat berkaitan dengan kemampuan setiap anak dalam menyerap suatu materi yang didapatkan dari penyampaian guru di sekolah.Â
kerap kali kita saksikan ada anak yang menggunakan gaya belajar dengan tenang, maksud gaya belajar yang tenang adalah anak tidak memiliki banyak gestur menggerakan tubuh ketika sedang belajar karena  dengan tenang akan menebalkan fokus mereka dalam belajar. sedangkan ada pula cara anak dalam belajar yang kemudian membutuhkan suasana belajar yang berlainan dari anak memiliki gaya belajar tenang,Â
karena bagi mereka yang memiliki gaya belajar yang tenang dan tidak menggerakan bagian tubuh justru akan membuat mati nalar pada fungsi otak mereka,Â