Na’asnya tak lama kemudian beberapa hari setelah tiba di lokasi. (untuk nama kampungya sendiri tidak disebutkan). Para perempuan-perempuan itu diserahkan ke salah seorang perempuan yang berpenampilan seksi menurut Santi. Dari pisiknya ia terlihat paruh baya. Perempuan ini ditemani lebih dari sepuluh bodyguard.
Semu mereka langsung di pindahkan ke dalam mobil. Terlihat seperti mobil khusus, lalu dibawa kesuatu tempat yang tidak dikenal satupun oleh mereka. Setelah beberapa jam kemudian mereka diturunkan lalu digiring masuk kedalam gudang penampungan.
Di gudang yang berukuran tidak terlalu luas itu, mereka disatukan dengan perempuan-perempuan lainnya yang memang sudah berada disitu. Dari cerita Santi yang kini sudah memiliki dua buah hati, mereka di sekap dalam gudang sebelum akhirnya dijadikan perempuan penghibur.
***
Waktu itu Santi mulai sadar dengan gerak gerik orang-orang yang mengawasi mereka. Larangan keluarpun mulai diberlakukan.
Dari penuturan mereka yang lebih awal tiba disana menceritakan apa sebenarnya pekerjaan yang diberikan. Dua perempuan yang datang dari Timika menuturkan kepada Santi bahwa semua perempuan yang ada disini akan dijadikan “wanita penghibur”.
Dikala malam tiba mereka semua akan dipaksa berpenampilan semenarik dan secantik mungkin. Tujuannya adalah untuk menggaet hati para pelanggan yang akan berkunjung, biasanya orang –orang lokal dan asing.
Santi yang sudah tiga malam di penampungan, merasa gelisah dan tentunya sedih. Frustasi yang dirasakannya semakin menggila dan menjadi-jadi. Penyesalan untuk menerima tawaran kerja itu kerap mengahntuinya.
Namun nasi sudah menjadi bubur, kini Santi tinggal memikirkan bagaimana caranya agar bisa keluar dari jeratan tersebut. Penyiksaan terhadap perempauan-perempuan lainnya sering dilakukan oleh para pengawas. Bagi Santi mempekerjakan perempuan sebagai perempuan malam secara paksa adalah merenggut harga diri serta bagian dari pelanggaran Hak Asasi Manusia.
***
Kabur dari gudang