Mohon tunggu...
Ahmad Nahrowi
Ahmad Nahrowi Mohon Tunggu... Jurnalis - Santri, Proletar

Pegiat Jurnalisme Pesantren

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nadzom Alfiyah di Saku Temanku

31 Desember 2019   14:36 Diperbarui: 31 Desember 2019   17:44 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah turut Hurmat tahlilan sampai hari ke-7. Kang Faisal dan Kang Tejo kembali Pondok, sampai dipondok langsung meminta surat permintaan do'a,

." Hai jo, endi dapurane Ahmad". Belum sempat tejo duduk, langsung dicerca pertanyaan oleh Husen. " lha yoo, endi Bocahe, aku wes kadung semangat hafalan Alfiah iki, ndi wonge tak kon nyimak!".

 Seperti biasa, fahmi ikut bersuara. " Punten kang, Ahmad sampun Wafat!". Suara lirih faisal terdengar perih bagi warga kamar U 9. Mereka yang lagi wira-wiri umek persiapan Madin terdiam sejenak, waktu seoalah berhenti berputar, sejurus kemudian Faisal dan Tejo dikerumuni oleh 20-an warga kamar yang hanya berluas 4x5 ini, Faisal & Tejo dicerca berbagai Pertanyaan, bak pengacara yang habis menjalani sidang . Apalagi Fahmi dan Husen yang pertanyaanya amat Frontal.
"Sen, Mi nanti bubar madin kita ngopi di Lapangan Muktamar, .mumpung malam Kamis, malam yang panjang, nanti tak ceritain kisah berpisah Kang Ahmad dengan kita."

Wasiat Terakhir

Treteng....  tengg.... tengg......
( Bel Pulang terdengar )
" Mengenai perubahan kang Ahmad 2 tahun terakhir, sebenarnya bukan dia Ja'im maupun sok Alim, gegara Kang Ahmad memendam Tumor Ganas di area Paru-parunya". Kang Tejo membuka Obrolan mereka bertiga dibawah pohon mangga barat muktamar.

Sementara Fahmi dan Husen tatapanya hampa," bahkan penyakitnya semenjak masih MA, ditahanya sendiri jauh sebelum itu sejak sebelum Mondok sudah mengidap penyakit misterius ini, puncaknya ya 2 tahun terakhir ini, badanya kurus, mudah lemas, tapi untuk semangat mempeng, kalian berdua tak ada apa-apanya ".

 Fahmi dan husen geleng-geleng, mereka merasa bersalah karena sebagai teman seangkatan ndak faham jika Kang Ahmad punya riwayat sakit.

" 2 hari sebelum kepergianya, Ahmad berpesan pada kalian, untuk melanjutkan Nyewu, dia bilang jangan ngaku santri jika tidak bisa nyewu, apalagi kalian bisa meneruskan cita-cita kang Ahmad untuk Mondok setidaknya 12 tahun". Husen menghela napas panjang , mendengar pernyataan Tejo, mencoba merelakan seorang yang telah 5 tahun berjuang bersama dalam  menuntut ilmu.
Kemudian Fahmi dan Husen bergegas ke pondok  MAanya dulu, guna  tahlilan bersama teman seangkatan, Aryamada Berduka.

Al-fatihah untuk Kang Ahmad Hidayat Maulana yang wafat pada 15 Desember 2019 kemarin. Cerita ini ditulis atas inspirasi kisah Ahmad Hidayat yang menghafal Alfiyah Hingga Akhir Hayat.

@Elnahrowi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun