Disparitas akhlaknya disini sangat nampak sekali, entah apa faktornya, apa karena disekolah formal terlalu lama jangka belajarnya dan nenjadikan mereka jenuh, atau di Madrasah diniyah yang 'hanya' 2 Jam. Kalaui menurut penulis pribadi, da beberapa Faktor kenapa Disparasi akhlak antara Pendidikan Fornal dan Pendidikan agama ini terjadi.
Pertama, timbul dari dalam sanubari anak, bahwasanya Madrasah diniyah merupakan tempat religius dan suci untuk menggali ilmu agama, jadi dari dalam diri mereka akan timbul fikiran untuk tidak banyak tingkah, bahasanya mereka takut kualat, berbeda dengan di sekolah formal meskipun itu MI sekalipun, Nuansa agamisnya tertutup dengan nuansa Formal atau sekolah umum.
Kedua, dari segi materi pelajaran, di sekolah formal cenderung pelajaran umum mendominasi meskipun ada pelajaran agama juga, itupun tidak menjadi prioritas, bahkancenderung dikesampingkan, berbeda dengan materi pelajaran di Masdrasah diniyah, 100% semua pelajaran menganung hikmah semua, dan menuntun santri dengan sendirinya untuk berperilaku baik.
Ketiga, dari segi  pengajar, mungkin ini yang bisa menjadi barometer guru-guru supaya 'agak' meniru Ustadz, di Sekolah Formal guru itu bahasanya mengajar, dimana hanya sekedar memberi materi pelajaran, menuntut murid untuk faham, dan mengerjakan tugas yang diberikan, setelah diluar kelac sudah beda lagi ceritanya.Â
Mari kita coba telaah yang dilakukan Ustad di madrasah, disini peran ustadz tak sekedar menyampaikan materi pelajaran, ustad juga mendidik santri untuk bertatakrama, sebelum memulai pelajaran pun ustadz sudah mendidik santrinya untuk ingat kepada Pengarang Kitab dengan cara bertawasul dan memberi hadiah fatihah, Â ustadz cenderung menekankan santri untuk bersifat andap asor dab budi luhur lainya, jadi tidak heran jik ustadz lebih menyukai santri yang berakhlak baik meskipun pemahamanya kurang, daripada pandai tapi tidak bisa diatur. Berkebalikan dengan prinsip guru formal 'kalian boleh nakal asalkan nilainya bagus' .Â
Kalimat seperti itu acapkali sering kita dengar. Dan satu faktor lagi, ini masalah hati, guru mau mengajar kalau dibayar, berbeda dengan ustadz yang tak mengharapkan bayaran sama sekali, disini terlihat bahwa ketulusan ustadz lebih terlihat, maka santri pada hormat, dan jangan salhakan siswa kalau tidak mau gugu dengan guru, bilamana ngajar saja niatnya cari uang.
Alangkah baiknya sekolah formal agak meniru beberapa materi pelajaran Madrasah, supaya akhlak siswa tertata, yakinlah jika dari mulai akhlak sudah genah, untuk memhamkan siswa itu perkara mudah.
Lirboyo, 18 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H