Orang julid, atau mereka yang gemar mencemooh, mengkritik, atau merendahkan orang lain, sering kali menjadi fenomena yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Di balik sikap tersebut, sebenarnya tersembunyi sebuah dinamika psikologis yang kompleks. Kebiasaan julid bukan hanya soal pendapat atau kritik semata, melainkan cerminan dari rasa rendah diri yang mendalam. Bagaimana hal ini terjadi? Mari kita bahas lebih lanjut.
Ketakutan Menjadi Rendah Membuat Mereka Merendahkan
Pada dasarnya, manusia memiliki dorongan untuk diterima, dihormati, dan diakui. Namun, ketika seseorang memiliki rasa rendah diri yang kronis, ketakutan akan direndahkan menjadi lebih dominan. Orang julid sering kali merasa tidak aman dengan pencapaian atau kondisi mereka sendiri, sehingga mereka berusaha menutupi kekurangan itu dengan cara merendahkan orang lain terlebih dahulu. Hal ini merupakan mekanisme defensif untuk melindungi ego mereka yang rapuh.
Misalnya, ketika seseorang meraih pencapaian atau melakukan kegiatan tertentu, respon orang julid sering kali berbentuk komentar seperti "Hanya itu doang?" atau "Cuma segitu aja?". Alih-alih memberikan apresiasi, mereka memilih untuk mendiskreditkan usaha, kepunyaan atau hasil karya orang lain. Komentar-komentar seperti ini bukanlah refleksi dari kekurangan pada pencapaian tersebut, melainkan manifestasi dari ketidakmampuan mereka untuk mengapresiasi diri sendiri dan orang lain.
Kurangnya Kualitas Hidup dan Nilai Diri
Kebiasaan membahas dan mendiskreditkan orang lain adalah tanda bahwa seseorang tidak memiliki banyak hal dalam hidupnya yang bisa dibanggakan. Mereka yang memiliki tujuan hidup, passion, dan pencapaian cenderung lebih fokus pada upaya memperbaiki diri daripada mencari-cari kesalahan orang lain. Sebaliknya, orang yang hidupnya kosong atau tanpa arah sering kali menjadikan gosip dan kritik terhadap orang lain sebagai pelarian atau hiburan.
Ketika seseorang dengan nilai diri yang rendah melihat keberhasilan atau kebahagiaan orang lain, mereka merasa terganggu karena hal itu mengingatkan mereka pada apa yang mereka rasa kurang dalam diri mereka sendiri. Daripada menghadapi rasa ketidakcukupan itu, mereka lebih memilih untuk menyerang atau merendahkan pihak lain.
Bagaimana Menghadapi Orang Julid
Menghadapi orang julid memerlukan kesabaran dan pemahaman. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan:
-
Jangan Terpancing Emosi
Orang julid sering kali mencari reaksi emosional. Tetap tenang dan jangan membiarkan komentar mereka memengaruhi suasana hati Anda. Fokus pada Pencapaian Anda
Ingatlah bahwa komentar mereka tidak mengurangi nilai usaha atau karya Anda. Teruslah fokus pada apa yang ingin Anda capai.Berempati Tanpa Membiarkan Diri Tersakiti
Sadari bahwa sikap julid mereka adalah cerminan dari masalah pribadi yang mereka hadapi. Berempati bukan berarti membenarkan perilaku mereka, tetapi membantu Anda memahami bahwa masalahnya bukan tentang Anda.Tetap Produktif
Jangan biarkan energi negatif dari orang julid menghalangi produktivitas Anda. Jadikan komentar mereka sebagai motivasi untuk terus berkembang.
Penutup
Orang julid adalah bukti nyata dari ketidakberdayaan mereka dalam menghadapi rasa rendah diri. Alih-alih menjadikan perilaku mereka sebagai sumber stres, kita bisa melihatnya sebagai pengingat untuk terus memperbaiki diri dan fokus pada hal-hal positif. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga kesehatan mental kita sendiri, tetapi juga memberi contoh bahwa hidup yang bermakna adalah hidup yang dipenuhi dengan karya, cinta, dan apresiasi, bukan kritik tanpa dasar.
(Nahlu Hasbi Heriyanto, 25/01/2025)
"Penulis adalah seorang Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dan pengajar dengan minat dalam bidang sosial, literasi, dan agama. Melalui tulisan ini, penulis berbagi perspektif yang diperoleh dari latar belakang akademis dan pengalaman pribadi."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI