Mohon tunggu...
Nahlu Hasbi Heriyanto
Nahlu Hasbi Heriyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris

Ambil baiknya, Buang buruknya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

UKM Sastra: Kamuflase Bayangan Part 5

21 Juli 2024   13:04 Diperbarui: 21 Juli 2024   15:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tokoh generated with DALL E AI

Bagas dan Citra semakin tenggelam dalam kegelapan misteri yang mengelilingi UKM Sastra. Meskipun rasa takut menghantui setiap langkah mereka, tekad untuk mengungkap kebenaran semakin kuat. Mereka tahu bahwa langkah berikutnya adalah mencari bukti lebih lanjut dan menemukan orang-orang yang mungkin tahu lebih banyak tentang perkumpulan rahasia ini.

Suatu malam, ketika Bagas dan Citra sedang menyusun rencana, mereka menerima panggilan telepon dari Dimas. Suaranya terdengar panik dan terputus-putus.

"Kalian harus... segera... ke rumahku..." kata Dimas sebelum telepon terputus.

Mereka segera bergegas ke rumah Dimas. Ketika mereka tiba, mereka menemukan pintu terbuka dan lampu-lampu di dalam rumah berkelap-kelip. Mereka masuk dengan hati-hati dan menemukan Dimas tergeletak di lantai, tidak bernyawa. Ada catatan di tangan Dimas yang berbunyi, "Jangan pernah melawan bayangan."

Citra menahan tangisnya, sementara Bagas merasakan kemarahan membara di dalam dirinya. Mereka tahu bahwa Dimas telah dibunuh oleh orang-orang yang tidak ingin rahasia UKM Sastra terungkap. Mereka juga tahu bahwa mereka harus lebih berhati-hati dan bergerak cepat.

Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk mencari alumni demisioner UKM Sastra. Setelah menyisir berbagai arsip dan berbicara dengan beberapa mahasiswa senior, mereka akhirnya menemukan seorang alumni bernama Bimo. Bimo adalah mantan anggota UKM Sastra yang telah lulus beberapa tahun lalu. Mereka mengatur pertemuan dengannya di sebuah kafe terpencil.

Ketika Bagas dan Citra tiba di kafe, Bimo sudah menunggu mereka. Pria itu memiliki tatapan tajam dan aura misterius yang membuat mereka merasa waspada.

"Apa yang kalian ingin tahu tentang UKM Sastra?" tanya Bimo tanpa basa-basi.

Bagas menjelaskan semua yang mereka temukan sejauh ini, termasuk kematian Surya dan Dimas. Bimo mendengarkan dengan seksama sebelum akhirnya menghela napas panjang.

"UKM Sastra bukanlah sekadar perkumpulan sastra," kata Bimo dengan suara rendah. "Itu adalah organisasi rahasia yang sudah ada sejak lama. Tujuan utama mereka adalah mengeksplorasi batas-batas moral dan nalar manusia. Untuk bergabung, setiap anggota baru harus melakukan sesuatu yang di luar nalar, termasuk membunuh."

Bagas dan Citra merasakan ketegangan semakin meningkat. Mereka tahu bahwa mereka telah terjerat dalam permainan yang jauh lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan.

"Apa yang bisa kita lakukan untuk menghentikan mereka?" tanya Citra dengan suara penuh tekad.

Bimo tersenyum pahit. "Menghentikan mereka tidak akan mudah. Mereka memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar, baik di dalam maupun di luar kampus. Tetapi jika kalian benar-benar ingin menghentikan mereka, kalian harus menemukan bukti yang tidak dapat disangkal dan menyerahkannya kepada pihak berwenang. Dan kalian harus melakukannya dengan cepat, sebelum mereka menemukan kalian."

Bagas dan Citra merasa beban di pundak mereka semakin berat. Mereka tahu bahwa mereka harus bergerak cepat dan hati-hati. Mereka berterima kasih kepada Bimo atas informasi dan nasihatnya sebelum meninggalkan kafe.

Malam itu, Bagas dan Citra kembali ke kampus dengan perasaan campur aduk. Mereka tahu bahwa mereka menghadapi ancaman yang nyata dan berbahaya. Tetapi mereka juga tahu bahwa mereka tidak bisa mundur sekarang.

Saat mereka berjalan melewati lorong-lorong kampus yang gelap, bayangan-bayangan panjang menari di dinding, seolah-olah mengawasi setiap langkah mereka. Mereka tahu bahwa permainan mematikan ini belum berakhir, dan mereka harus terus maju, apapun risikonya.

Di suatu sudut kampus, seseorang mengamati mereka dari kejauhan. Sosok itu tersenyum dingin, mengetahui bahwa Bagas dan Citra semakin mendekati inti dari misteri yang gelap ini. Dan permainan mematikan ini baru saja memasuki babak baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun