misteri yang mengelilingi UKM Sastra. Meskipun rasa takut menghantui setiap langkah mereka, tekad untuk mengungkap kebenaran semakin kuat. Mereka tahu bahwa langkah berikutnya adalah mencari bukti lebih lanjut dan menemukan orang-orang yang mungkin tahu lebih banyak tentang perkumpulan rahasia ini.
Bagas dan Citra semakin tenggelam dalam kegelapanSuatu malam, ketika Bagas dan Citra sedang menyusun rencana, mereka menerima panggilan telepon dari Dimas. Suaranya terdengar panik dan terputus-putus.
"Kalian harus... segera... ke rumahku..." kata Dimas sebelum telepon terputus.
Mereka segera bergegas ke rumah Dimas. Ketika mereka tiba, mereka menemukan pintu terbuka dan lampu-lampu di dalam rumah berkelap-kelip. Mereka masuk dengan hati-hati dan menemukan Dimas tergeletak di lantai, tidak bernyawa. Ada catatan di tangan Dimas yang berbunyi, "Jangan pernah melawan bayangan."
Citra menahan tangisnya, sementara Bagas merasakan kemarahan membara di dalam dirinya. Mereka tahu bahwa Dimas telah dibunuh oleh orang-orang yang tidak ingin rahasia UKM Sastra terungkap. Mereka juga tahu bahwa mereka harus lebih berhati-hati dan bergerak cepat.
Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk mencari alumni demisioner UKM Sastra. Setelah menyisir berbagai arsip dan berbicara dengan beberapa mahasiswa senior, mereka akhirnya menemukan seorang alumni bernama Bimo. Bimo adalah mantan anggota UKM Sastra yang telah lulus beberapa tahun lalu. Mereka mengatur pertemuan dengannya di sebuah kafe terpencil.
Ketika Bagas dan Citra tiba di kafe, Bimo sudah menunggu mereka. Pria itu memiliki tatapan tajam dan aura misterius yang membuat mereka merasa waspada.
"Apa yang kalian ingin tahu tentang UKM Sastra?" tanya Bimo tanpa basa-basi.
Bagas menjelaskan semua yang mereka temukan sejauh ini, termasuk kematian Surya dan Dimas. Bimo mendengarkan dengan seksama sebelum akhirnya menghela napas panjang.
"UKM Sastra bukanlah sekadar perkumpulan sastra," kata Bimo dengan suara rendah. "Itu adalah organisasi rahasia yang sudah ada sejak lama. Tujuan utama mereka adalah mengeksplorasi batas-batas moral dan nalar manusia. Untuk bergabung, setiap anggota baru harus melakukan sesuatu yang di luar nalar, termasuk membunuh."
Bagas dan Citra merasakan ketegangan semakin meningkat. Mereka tahu bahwa mereka telah terjerat dalam permainan yang jauh lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan.