Mohon tunggu...
NAHLI
NAHLI Mohon Tunggu... Insinyur - Scientist, logist

Scientist, logist

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Relasi Piala Dunia dengan Bulan Ramadan, Sekadar Piala atau Sebuah Pengakuan?

8 Juni 2018   10:39 Diperbarui: 8 Juni 2018   10:50 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Piala dunia diselenggarakan 4 tahun sekali yang diikuti berbagai negara, dari mulai fase kualifikasi dan pada akhirnya hanya diikuti oleh 32 negara. Fase yang dilalui pun dari babak penyisihan hingga babak final. Hanya satu yang berhak memperoleh gelar juara dunia. 

Tahun ini (2018) adalah tahun perhelatan piala dunia ke-21 yang diselenggarakan oleh FIFA. Kebetulan partai awal piala dunia tahun ini beririsan dengan Hari Raya Ied Fitri bagi umat muslim, yang mana hari ini merupakan hari kemenangan setelah melawan hawa nafsu diri sendiri selama sebulan penuh, yaitu Bulan Suci Ramadhan. Terdapat beberapa kesamaan diantara piala dunia dan pertarungan di Bulan Ramadhan. Selain itu pula ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari perhelatan piala dunia, umumnya sebagai muslim, dan khusunya sebagai muslim di Bulan Ramadhan.

Sekitar sebulan lamanya perhelatan piala dunia berlangsung. Persiapan yang dilakukan tidak sebentar, minimal 1 tahun sebelum piala dunia berlangsung, dampaknya bisa hingga 4 tahun mendatang. Tapi apa sebenarnya yang dituju oleh para peserta piala dunia. Mereka menginginkan gelar, atau titel serta kebanggan dan pengakuan sebagai tim sepak bola terbaik di dunia ini. Lalu bagaimana peran dari piala/trofi itu sendiri. 

Piala dalam perhelatan ini hanyalah simbol dan bonus, juga bukti formil bahwa dia telah memenagkan piala dunia. Tapi apakah piala tersebut yang menjadi tujuan dari setiap negara berjuang memenangkan kompetisi ini? Tentu tidak. Mereka akan tetap diakui sebagai juara dunia apabila telah memenangkan kompetisi ini -sekalipun mereka tidak mendapatkan piala tersebut. 

Piala itu hanyalah simbol, tapi yang mereka dapatkan adalah pengakuan dari seluruh dunia bahwa mereka adalah negara dengan kualitas sepak bola terbaik. Piala dapat dibuat dengan mudah, banyak toko-toko piala yang bertebaran, namun prestige nya tidak terdapat di toko piala tersebut. Piala itu akan diberikan kepada pemenang selanjutnya di 4 tahun mendatang, namun gelar juara dunia tahu 2018 akan selamanya tercatat oleh sejarah.

Lalu apa hubungannya dengan Bulan Suci Ramadhan? Sebelumnya kita kilas balik sejarah dakwah Rasul. Rasul diturunkan di jazirah yang didominasi oleh pedagang. Sehingga segala sesuatu harus jelas untung dan ruginya. Mereka akan ambil semua keuntungan dan membuang semua kerugian. 

Ketika Rasul mendapatkan perintah dakwah, Beliau harus menyesuaikan cara dakwahnya dengan kondisi sosial masyarakat Arab. Sehingga dakwah yang digunakan cenderung dominan ke arah transaksional, yaitu dengan menawarkan pahala dan balasan surga, serta ancaman dosa dan azab neraka -terlepas itu merupakan janji Allah SWT yang kita yakini. 

Tapi rasul harus bersusah payah dengan menonjolkan transaksi ini -juga karena Rasul adalah pedagang, kemampuan sales and marketing-nya tidak perlu diragukan lagi- demi dapat diterima oleh mayoritas pedagang ini. Terutama di Bulan Suci Ramadhan ini, banyak angka-angka kelipatan pahala yang muncul, seperti pahala amalan di Bulan Puasa akan diganjar 1000 kali lipat, juga malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari kita beribadah selama 1000 bulan. 

Pahala dan surga itu sama ibarat dengan piala dalam kompetisi piala dunia. Itu hanya bonus dan simbol. Dalam Islam, hal yang lebih prestige adalah mendapatkan Ridho Allah SWT, mendapatkan tempat terbaik disisiNya, dan untuk kaum Sufi adalah kembali menyatu dengan Dzat Allah.

Saya yakin maksud Rasul menawarkan ini hanya sebagai awal dari dakwahnya, yang harapannya nanti para pengikutnya lebih mencari Ridho daripada sekedar pahala. Bukankah kita yakin Rasul pasti masuk surga? Tapi beliau tetap beribadah, beramal baik, memberi contoh yang baik dan selalu berperilaku dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun