Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peluang dan Tantangan Penerapan Sekolah Ramah Mental di Indonesia

14 November 2024   14:35 Diperbarui: 14 November 2024   14:48 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan meningkatnya perhatian pada kesehatan mental, konsep sekolah ramah mental kian mendapat perhatian di Indonesia. Sekolah ramah mental adalah lingkungan pendidikan yang menempatkan kesehatan mental siswa sebagai prioritas. Upaya ini tidak hanya membantu siswa mengatasi tekanan akademik dan sosial, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan emosional.

Namun, penerapan sekolah ramah mental di Indonesia bukan tanpa hambatan. Berikut adalah peluang dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan sekolah yang ramah mental di Indonesia.

Peluang Penerapan Sekolah Ramah Mental

1. Meningkatnya Kesadaran Akan Kesehatan Mental Di Indonesia 

Masyarakat kini semakin memahami pentingnya kesehatan mental, terutama di kalangan anak dan remaja. Kesadaran ini telah mendorong sekolah dan pemerintah untuk berfokus pada program-program yang mendukung kesejahteraan psikologis siswa.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menginisiasi berbagai program yang mencakup bimbingan dan konseling untuk mendukung kesehatan mental siswa di sekolah.

2. Dukungan dari Pemerintah dan Pihak Swasta 

Pemerintah dan berbagai organisasi swasta mulai memberikan perhatian serius pada kesehatan mental di lingkungan pendidikan.

Beberapa organisasi, seperti UNICEF dan lembaga lokal, bahkan menyediakan pelatihan bagi guru agar mampu mengenali dan menangani masalah kesehatan mental siswa.

Melalui program-program seperti ini, sekolah diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi siswa yang membutuhkan dukungan emosional.

3. Pengembangan Kurikulum Kesehatan Mental di Sekolah 

Kurikulum yang ramah mental mulai diterapkan di beberapa sekolah. Kurikulum ini bertujuan membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, seperti kemampuan mengatasi stres, empati, dan keterampilan komunikasi.

Dengan kurikulum yang memperhatikan kesehatan mental, siswa bisa lebih mudah menghadapi tekanan akademik dan sosial.

4. Peran Teknologi dalam Mendukung Kesehatan Mental

Teknologi memungkinkan penerapan layanan dukungan mental secara online, seperti sesi konseling virtual. Melalui platform daring, siswa dapat mengakses materi tentang kesehatan mental dan berinteraksi dengan konselor secara lebih mudah.

Di tengah perkembangan digitalisasi di Indonesia, inovasi semacam ini dapat meningkatkan efektivitas program sekolah ramah mental.

Tantangan dalam Menerapkan Sekolah Ramah Mental

1. Stigma Sosial terhadap Kesehatan Mental

Salah satu tantangan terbesar adalah stigma sosial terkait kesehatan mental yang masih tinggi di Indonesia. Banyak siswa dan keluarga yang masih menganggap kesehatan mental sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan.

Stigma ini menghambat siswa untuk mencari bantuan ketika mereka merasa tertekan atau cemas. Akibatnya, siswa cenderung menyembunyikan masalah mereka daripada berbicara dengan konselor sekolah atau guru.

2. Keterbatasan Sumber Daya

Banyak sekolah di Indonesia yang belum memiliki sumber daya yang memadai, seperti konselor terlatih atau fasilitas pendukung untuk kesehatan mental siswa. Menurut data, sebagian besar sekolah hanya memiliki guru BK (Bimbingan Konseling) yang juga harus menangani masalah akademik dan perilaku siswa. 

Tanpa dukungan sumber daya yang memadai, sulit untuk menciptakan lingkungan yang benar-benar mendukung kesehatan mental siswa.

3. Kualitas dan Kesiapan Tenaga

Pengajar Tidak semua guru memiliki pemahaman tentang cara mendeteksi atau menangani masalah kesehatan mental di kelas. Banyak guru yang merasa kesulitan dalam menghadapi siswa dengan masalah emosional atau perilaku tertentu, terutama di daerah pedesaan yang jauh dari akses pelatihan. 

Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan untuk guru sangat penting agar mereka bisa ikut serta dalam membentuk lingkungan yang ramah mental di sekolah.

4. Tuntutan Kurikulum yang Padat

Sistem pendidikan di Indonesia masih sangat berorientasi pada hasil akademik, dengan kurikulum yang padat dan tuntutan prestasi tinggi. Ini bisa menyebabkan tekanan pada siswa dan memengaruhi kesejahteraan mental mereka.

Dengan prioritas pada capaian akademik, kesehatan mental siswa sering kali diabaikan. Ini menjadi tantangan besar dalam menciptakan keseimbangan antara pencapaian akademik dan kesehatan mental.

5. Kurangnya Edukasi bagi Orang Tua

Selain dari pihak sekolah, peran orang tua juga sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental anak. Namun, banyak orang tua yang belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya kesehatan mental.

Mereka mungkin tidak mengerti cara mendukung anak-anak mereka ketika mengalami kesulitan emosional atau tekanan akademik, sehingga memperumit upaya sekolah dalam mendukung kesehatan mental siswa.

Upaya untuk Meningkatkan Sekolah Ramah Mental di Indonesia

Untuk menghadapi tantangan ini, berbagai pihak perlu bekerja sama dalam menciptakan sekolah yang lebih ramah mental. Pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat harus saling mendukung dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa.

Pelatihan bagi guru, kurikulum yang berfokus pada kesehatan mental, dan program sosialisasi untuk orang tua merupakan beberapa langkah yang perlu diambil. Selain itu, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan mental dan konselor yang terlatih juga penting dalam mewujudkan tujuan ini.

Kesimpulan

Penerapan sekolah ramah mental di Indonesia merupakan langkah penting dalam menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga sejahtera secara emosional. 

Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, peluang untuk mengatasi masalah ini juga tersedia jika semua pihak bersinergi dalam mendukung kesehatan mental siswa.

Dengan pendekatan yang holistik, diharapkan konsep sekolah ramah mental ini dapat menjadi bagian integral dari sistem pendidikan di Indonesia dan memberi dampak positif pada kesejahteraan siswa di masa depan.

Referensi:

-Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). (2023). "Program Bimbingan dan Konseling untuk Sekolah Ramah Mental."

-UNICEF Indonesia. (2022). "Kesehatan Mental Anak di Sekolah."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun