3. Kualitas dan Kesiapan Tenaga
Pengajar Tidak semua guru memiliki pemahaman tentang cara mendeteksi atau menangani masalah kesehatan mental di kelas. Banyak guru yang merasa kesulitan dalam menghadapi siswa dengan masalah emosional atau perilaku tertentu, terutama di daerah pedesaan yang jauh dari akses pelatihan.Â
Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan untuk guru sangat penting agar mereka bisa ikut serta dalam membentuk lingkungan yang ramah mental di sekolah.
4. Tuntutan Kurikulum yang Padat
Sistem pendidikan di Indonesia masih sangat berorientasi pada hasil akademik, dengan kurikulum yang padat dan tuntutan prestasi tinggi. Ini bisa menyebabkan tekanan pada siswa dan memengaruhi kesejahteraan mental mereka.
Dengan prioritas pada capaian akademik, kesehatan mental siswa sering kali diabaikan. Ini menjadi tantangan besar dalam menciptakan keseimbangan antara pencapaian akademik dan kesehatan mental.
5. Kurangnya Edukasi bagi Orang Tua
Selain dari pihak sekolah, peran orang tua juga sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental anak. Namun, banyak orang tua yang belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya kesehatan mental.
Mereka mungkin tidak mengerti cara mendukung anak-anak mereka ketika mengalami kesulitan emosional atau tekanan akademik, sehingga memperumit upaya sekolah dalam mendukung kesehatan mental siswa.
Upaya untuk Meningkatkan Sekolah Ramah Mental di Indonesia
Untuk menghadapi tantangan ini, berbagai pihak perlu bekerja sama dalam menciptakan sekolah yang lebih ramah mental. Pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat harus saling mendukung dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa.
Pelatihan bagi guru, kurikulum yang berfokus pada kesehatan mental, dan program sosialisasi untuk orang tua merupakan beberapa langkah yang perlu diambil. Selain itu, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan mental dan konselor yang terlatih juga penting dalam mewujudkan tujuan ini.