Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Self-Handicapping, Mengapa Kita Sering Menjadi Penghalang bagi Diri Sendiri?

31 Oktober 2024   07:55 Diperbarui: 31 Oktober 2024   08:12 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Self-handicapping adalah fenomena psikologis di mana seseorang menciptakan atau mencari penghalang atau alasan yang dapat menghalangi kesuksesan mereka, biasanya untuk melindungi harga diri jika mengalami kegagalan. Meskipun mungkin terlihat sebagai cara untuk menjaga diri dari rasa kecewa, perilaku ini sering kali menjadi bumerang, menjauhkan kita dari potensi yang sebenarnya.

Dalam dunia yang semakin kompetitif, khususnya bagi generasi muda seperti Gen Z dan Milenial, fenomena ini kian terlihat. Self-handicapping bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari kebiasaan menunda-nunda, mengabaikan tanggung jawab, hingga mengatur harapan secara rendah. Bagaimana kita bisa memahami perilaku ini, dan lebih penting lagi, mengatasinya?

Mengapa Self-Handicapping Terjadi?

Self-handicapping adalah cara untuk melindungi ego dan harga diri. Dengan menciptakan "alasan" di luar diri sendiri, kita merasa lebih aman, karena kegagalan dapat disalahkan pada hal-hal eksternal alih-alih kemampuan kita. Misalnya, seorang mahasiswa yang menunda belajar untuk ujian mungkin mengatakan, "Saya tidak punya cukup waktu untuk belajar," agar jika nilainya rendah, ia memiliki alasan lain selain kurangnya kemampuan.

Beberapa penyebab utama self-handicapping meliputi:

1. Ketakutan Akan Kegagalan dan Penilaian Negatif

Banyak orang merasa takut akan kegagalan dan bagaimana orang lain akan menilai mereka. Dengan menciptakan penghalang, mereka merasa bisa "membenarkan" kegagalan dan melindungi diri dari penilaian negatif.

2. Perfeksionisme dan Standar Tinggi

Ketika seseorang memiliki standar tinggi atau perfeksionisme, kegagalan bisa menjadi hal yang sangat sulit diterima. Self-handicapping digunakan untuk mencegah situasi di mana standar tinggi ini tampak tidak tercapai.

3. Kecemasan Sosial

Mereka yang cenderung memiliki kecemasan sosial sering merasa cemas tentang penampilan atau prestasi mereka di hadapan orang lain. Mereka mungkin menciptakan alasan agar jika mereka gagal, kegagalan tersebut tidak terlihat sebagai cerminan dari diri mereka.

Jenis-Jenis Self-Handicapping

1. Menunda-nunda atau Prokrastinasi

Menunda pekerjaan atau persiapan sering kali menjadi salah satu bentuk paling umum dari self-handicapping. Ketika kita merasa tertekan atau takut akan hasil akhirnya, kita menunda tugas tersebut untuk mengurangi rasa cemas jangka pendek, meskipun kita tahu ini akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

2. Sengaja Kurang Persiapan  

Beberapa orang dengan sengaja melakukan persiapan minimal untuk tugas yang penting agar, jika hasilnya buruk, mereka bisa mengatakan bahwa mereka memang tidak mempersiapkan diri dengan baik.

3. Mengatur Harapan Rendah atau Meremehkan Diri Sendiri

Terkadang, seseorang sengaja mengatakan bahwa mereka "tidak bisa" atau "tidak terlalu bagus" dalam suatu hal sebelum melakukannya. Ini adalah upaya untuk merendahkan ekspektasi agar tidak terlalu tertekan atau cemas.

4. Mengambil Tanggung Jawab yang Berlebihan atau Kurang Relevan

Bentuk lain dari self-handicapping adalah mengambil terlalu banyak tanggung jawab atau aktivitas yang tidak mendukung tujuan utama, sehingga mereka bisa mengatakan bahwa mereka "terlalu sibuk" untuk meraih kesuksesan pada satu bidang tertentu.

Dampak Negatif Self-Handicapping

Meskipun bertujuan untuk melindungi diri dari kekecewaan, self-handicapping sering kali merusak lebih dari sekadar peluang kesuksesan. Beberapa dampak negatifnya antara lain:

1. Penurunan Prestasi

Dengan menciptakan penghalang, kita menghalangi diri sendiri untuk memberikan yang terbaik. Jika dilakukan terus-menerus, self-handicapping akan menurunkan prestasi, baik di sekolah, tempat kerja, atau bahkan dalam hubungan sosial.

2. Rasa Cemas dan Rendah Diri yang Berkepanjangan

Alih-alih mengatasi ketakutan akan kegagalan, self-handicapping justru dapat memperkuat kecemasan dan perasaan rendah diri. Kita cenderung merasa tidak cukup mampu dan selalu mencari alasan untuk melindungi diri dari kegagalan.

3. Mengurangi Motivasi dan Kepercayaan Diri  

Ketika kita selalu menciptakan penghalang, kita akan mulai mempercayai bahwa kita memang tidak cukup baik atau tidak mampu. Lama kelamaan, ini dapat mengikis motivasi dan kepercayaan diri untuk mencapai hal-hal besar.

Cara Mengatasi Self-Handicapping

Untuk mengatasi perilaku ini, kita perlu memahami akar masalahnya dan melakukan pendekatan yang berbeda dalam melihat kegagalan dan kesuksesan. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan:

1. Terima Ketakutan Akan Kegagalan Sebagai Bagian dari Proses

Penting untuk mengakui bahwa kegagalan adalah bagian alami dari proses belajar dan berkembang. Alih-alih menghindari kegagalan, coba lihat sebagai kesempatan untuk tumbuh dan meningkatkan diri.

2. Ubah Persepsi Tentang Sukses dan Gagal  

Self-handicapping sering kali terjadi karena persepsi bahwa kegagalan adalah hal yang buruk. Cobalah melihat kesuksesan sebagai usaha, bukan hasil akhir. Dengan cara ini, Anda bisa merayakan setiap langkah positif yang diambil, bahkan jika hasilnya tidak sempurna.

3. Buat Tujuan yang Lebih Realistis dan Terukur  

Perfeksionisme dan standar yang terlalu tinggi sering memicu self-handicapping. Dengan menetapkan tujuan yang lebih realistis, kita bisa merasa lebih termotivasi dan tidak terlalu tertekan oleh ekspektasi.

4. Bangun Kepercayaan Diri Melalui Langkah Kecil

Daripada menargetkan pencapaian besar sekaligus, mulailah dengan langkah-langkah kecil yang bisa dicapai setiap hari. Setiap kali berhasil mencapai target kecil, berikan penghargaan pada diri sendiri agar termotivasi dan lebih percaya diri.

5. Berlatih Mindfulness dan Teknik Mengelola Stres  

Self-handicapping sering kali disebabkan oleh kecemasan dan stres yang tidak terkelola. Latihan mindfulness atau teknik relaksasi seperti pernapasan dalam dapat membantu kita mengelola tekanan tanpa harus menciptakan alasan atau penghalang.

 Self-Handicapping atau Mencapai Potensi? Pilihan Ada di Tangan Anda

Self-handicapping adalah fenomena yang umum namun merugikan, karena membuat kita menjadi penghalang terbesar bagi diri sendiri. Dalam menghadapi dunia yang semakin kompetitif, keberanian untuk menghadapi kegagalan dan melihatnya sebagai peluang adalah kunci untuk mencapai potensi maksimal.

Alih-alih menciptakan penghalang yang hanya menambah kecemasan, kita bisa belajar untuk lebih realistis dan menghargai proses, baik saat sukses maupun gagal.

Dengan memahami perilaku self-handicapping dan mengatasinya, kita bisa membuka jalan menuju versi diri yang lebih percaya diri, tangguh, dan siap menghadapi tantangan tanpa rasa takut.

Yuk, hargai setiap langkah yang diambil, dan yakini bahwa kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan...

Semoga bermanfaat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun