Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Problematika Kurikulum Merdeka: Hambatan, Tantangan, dan Harapan

27 Oktober 2024   06:08 Diperbarui: 27 Oktober 2024   06:35 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi proses belajar mengajar di sekolah (sumber gambar: Beritasatu.com/Joanito De Saojoao)

Kurikulum Merdeka, yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia pada tahun 2021, hadir sebagai upaya untuk menyiapkan generasi muda yang lebih kreatif, berpikir kritis, serta siap menghadapi tantangan zaman.

Dengan memberi ruang bagi guru dan siswa untuk lebih mandiri dan inovatif, Kurikulum Merdeka menjanjikan pendekatan pendidikan yang lebih fleksibel. Namun, di balik gagasan idealnya, penerapan Kurikulum Merdeka masih menghadapi beberapa hambatan dan tantangan yang perlu diselesaikan agar harapan besar di baliknya bisa terwujud.


Apa Itu Kurikulum Merdeka?

Kurikulum Merdeka merupakan pembaruan sistem pendidikan yang bertujuan memberikan kebebasan kepada sekolah, guru, dan siswa dalam mengembangkan metode dan proses belajar sesuai kebutuhan masing-masing.

Dalam kurikulum ini, siswa lebih didorong untuk memahami konsep secara mendalam daripada sekadar menghafal, sementara guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan materi ajar sesuai potensi dan kebutuhan peserta didik. Namun, penerapan kebijakan ini masih membutuhkan penyelarasan di berbagai aspek agar bisa berjalan efektif.

Hambatan dalam Penerapan Kurikulum Merdeka

1. Keterbatasan Infrastruktur dan Akses Teknologi

Salah satu hambatan utama dalam penerapan Kurikulum Merdeka adalah keterbatasan infrastruktur pendidikan, terutama di daerah pedalaman atau terpencil. Kurikulum Merdeka mengandalkan penggunaan teknologi dan akses internet untuk mendukung proses belajar yang interaktif.

Namun, data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2023 menunjukkan bahwa masih ada sekitar 20% wilayah di Indonesia yang tidak memiliki akses internet yang memadai, sehingga sekolah-sekolah di daerah tersebut kesulitan menerapkan metode belajar berbasis digital.

2. Perbedaan Kompetensi Guru

Guru adalah elemen kunci dalam keberhasilan kurikulum, tetapi tidak semua guru memiliki kompetensi yang sama untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Banyak guru, terutama di daerah yang kurang berkembang, masih belum terbiasa dengan pendekatan pengajaran yang fleksibel dan berbasis proyek.

Di beberapa kasus, ketidaktersediaan pelatihan yang intensif membuat guru kebingungan dalam menerapkan pembelajaran yang lebih mandiri dan kreatif seperti yang diinginkan oleh Kurikulum Merdeka.

3. Kendala Administratif dan Beban Kerja Guru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun