Literasi, baik dalam bentuk membaca, menulis, maupun literasi digital, adalah kunci penting untuk membangun generasi yang cerdas dan kritis. Sayangnya, menurut laporan World’s Most Literate Nations (WMLN) 2022, Indonesia masih berada di peringkat 60 dari 61 negara dalam hal minat baca.
Fenomena rendahnya minat literasi ini semakin menjadi perhatian ketika melihat generasi muda, khususnya Generasi Z, yang lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dibandingkan membaca buku atau menulis konten informatif.
Dengan latar belakang inilah, tantangan bagi pemerintahan baru Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjadi sangat nyata. Mendorong minat literasi di kalangan generasi muda, yang juga menghadapi banyak gangguan digital dan perubahan sosial, membutuhkan strategi terukur dan inovatif.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah Kabinet Merah Putih untuk menggairahkan hasrat literasi, khususnya di kalangan Gen Z.
Tantangan Literasi di Kalangan Gen Z
Sebelum merumuskan solusi, penting untuk memahami tantangan yang dihadapi oleh Gen Z terkait literasi:
1. Dominasi Konten Visual dan Singkat
Gen Z lebih menyukai konten-konten visual dan singkat, seperti video TikTok, meme, dan infografis dibandingkan membaca artikel panjang atau buku. Menurut studi Common Sense Media tahun 2021, remaja rata-rata menghabiskan waktu 7,5 jam per hari menggunakan perangkat digital, dengan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk kegiatan membaca.
2. Kurangnya Akses Terhadap Bahan Bacaan yang Menarik
Di beberapa wilayah, terutama di daerah terpencil, akses ke perpustakaan, toko buku, dan bahan bacaan yang relevan bagi Gen Z masih sangat terbatas. Kondisi ini membuat minat baca menurun karena kurangnya bahan bacaan yang mendukung minat mereka.
3. Perubahan Pola Pikir Gen Z
Generasi ini sering kali merasa bahwa membaca buku adalah aktivitas yang tidak relevan di era digital, di mana informasi bisa didapatkan dengan cepat melalui internet. Mereka lebih cenderung mengonsumsi informasi yang instan dan viral daripada menggali pengetahuan mendalam dari buku.
Langkah Strategis Pemerintah Kabinet Merah Putih
Melihat berbagai tantangan tersebut, pemerintahan Prabowo-Gibran perlu melakukan terobosan yang terstruktur dan inovatif dalam mendorong minat literasi di kalangan generasi muda. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan:
1. Mengintegrasikan Literasi Digital dalam Kurikulum Pendidikan
Salah satu langkah paling krusial adalah mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum pendidikan formal. Literasi digital tidak hanya berarti kemampuan untuk menggunakan teknologi, tetapi juga kemampuan untuk menganalisis informasi, memahami konten secara kritis, dan memproduksi konten yang bermakna.
Upaya yang dapat dilakukan:
- Membuat mata pelajaran khusus tentang literasi digital, yang mengajarkan siswa untuk memanfaatkan teknologi secara cerdas, termasuk mengidentifikasi informasi yang valid dan menolak hoaks.
- Mendorong siswa untuk membuat proyek berbasis penelitian, yang akan meningkatkan keterampilan membaca, menulis, dan berpikir kritis.
2. Revitalisasi Perpustakaan dan Toko Buku Digital
Akses yang mudah terhadap bahan bacaan sangat penting untuk membangkitkan minat literasi. Pemerintah dapat mengambil langkah dengan membangun perpustakaan digital nasional yang diisi dengan bahan bacaan yang menarik bagi generasi muda, baik dalam bentuk e-book, audiobooks, maupun artikel.
Data menunjukkan, menurut Asosiasi Penerbit Indonesia (IKAPI), bahwa penjualan buku digital meningkat sebesar 20% selama pandemi. Hal ini membuktikan bahwa perpustakaan digital dapat menjadi solusi untuk menjangkau Gen Z yang lebih terbiasa dengan teknologi.
Langkah yang bisa diambil:
- Menyediakan akses gratis atau murah ke platform perpustakaan digital di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
- Mendorong kolaborasi antara pemerintah, penerbit, dan penulis untuk menyediakan konten-konten yang relevan dan menarik bagi Gen Z.
3. Kampanye Nasional Literasi yang Inovatif
Untuk menarik minat Gen Z, pemerintah dapat mengadakan kampanye literasi nasional yang kreatif dan interaktif. Kampanye ini dapat memanfaatkan platform media sosial populer di kalangan Gen Z, seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, untuk menyebarkan pesan tentang pentingnya membaca dan menulis.
Contoh kampanye:
- Mengadakan tantangan literasi di media sosial, seperti tantangan “baca buku selama 10 menit sehari” dengan hadiah menarik.
- Mengajak tokoh-tokoh publik, influencer, atau selebriti yang digemari oleh Gen Z untuk berbagi rekomendasi buku atau pengalaman literasi mereka.
4. Kolaborasi dengan Startup Edutech
Pemerintah juga bisa bekerja sama dengan startup pendidikan teknologi (edutech) untuk menyediakan konten pembelajaran literasi yang menarik. Aplikasi seperti RuangGuru atau Zenius dapat dijadikan mitra dalam menyebarkan literasi dengan menyediakan konten video, podcast, atau quiz interaktif yang berkaitan dengan literasi finansial, digital, dan bahasa.
Langkah yang bisa dilakukan:
- Mendorong pembuatan aplikasi edukasi yang memberikan bacaan harian dengan sistem gamifikasi untuk menarik minat Gen Z.
- Membangun platform yang memungkinkan siswa untuk berbagi ulasan buku, menulis cerpen, atau berpartisipasi dalam kompetisi literasi secara daring.
5. Mendorong Peran Komunitas dan Event Literasi
Komunitas literasi dapat menjadi salah satu cara efektif untuk menggairahkan minat baca Gen Z. Pemerintah dapat mendorong pembentukan komunitas baca di sekolah dan kampus serta mendukung acara-acara literasi seperti festival buku, diskusi penulis, atau talk show literasi.
Data dari UNESCO menunjukkan, bahwa keterlibatan dalam komunitas literasi dapat meningkatkan minat baca hingga 30%. Gen Z yang terlibat dalam kegiatan literasi sosial biasanya lebih bersemangat untuk membaca dan berdiskusi tentang buku.
Langkah strategis:
- Membuat program subsidi atau dukungan untuk komunitas literasi yang berfokus pada anak muda.
- Menyediakan platform online di mana komunitas literasi dapat berinteraksi dan berbagi pengalaman.
Menghadapi tantangan rendahnya minat literasi di kalangan Gen Z bukanlah tugas yang mudah, namun dengan pendekatan yang terstruktur, inovatif, dan melibatkan teknologi, masalah ini dapat diatasi.
Pemerintah Prabowo-Gibran diharapkan bisa mengambil langkah-langkah strategis, seperti mengintegrasikan literasi digital dalam pendidikan, menyediakan akses ke perpustakaan digital, meluncurkan kampanye literasi kreatif, serta bekerja sama dengan startup edutech dan komunitas literasi.
Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah, orang tua, sekolah, dan masyarakat, kita bisa membentuk generasi yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga memiliki hasrat literasi yang tinggi. Ini adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan bangsa yang lebih cerdas, kritis, dan siap bersaing di era global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H