Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Fenomena "Jam Koma", Ketika Kelelahan Kerja Menggerogoti Produktivitas dan Kesehatan

21 Oktober 2024   07:48 Diperbarui: 22 Oktober 2024   15:45 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah "jam koma" belakangan ini menjadi viral di TikTok, merujuk pada kondisi di mana seseorang mengalami kelelahan ekstrem akibat tuntutan pekerjaan tetapi tetap dipaksa untuk terus beraktivitas. Fenomena ini menggambarkan situasi di mana seseorang merasa sudah tidak fokus antara pekerjaan dan otaknya, seolah-olah berada dalam "mode auto-pilot" yang tak bisa dihindari. Artikel ini akan membahas fenomena "jam koma" lebih dalam dan memberikan solusi untuk mengatasinya.

Apa Itu "Jam Koma"?

"Jam koma" bisa diartikan sebagai momen di mana seseorang terus bekerja tanpa henti, bahkan ketika tubuh dan otaknya sudah tidak mampu lagi. Kondisi ini umumnya terjadi karena tuntutan pekerjaan yang tinggi, di mana seseorang merasa harus terus aktif meskipun fisik dan mentalnya sudah tidak sanggup. Akibatnya, produktivitas menurun, fokus melemah, dan kesehatan mental maupun fisik pun bisa terganggu.

Fenomena ini sering kali dialami oleh pekerja kantoran, tenaga kesehatan, dan content creator yang memiliki jadwal kerja tak menentu atau beban kerja yang berlebihan. Sayangnya, meskipun sudah merasa lelah, banyak orang tetap memaksakan diri bekerja karena tekanan untuk memenuhi target atau ekspektasi.

Dampak Negatif "Jam Koma"

Fenomena ini bukanlah sesuatu yang sepele. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari "jam koma" yang perlu diwaspadai:

1. Kehilangan Fokus dan Produktivitas

Ketika tubuh dan otak sudah kelelahan, kemampuan seseorang untuk fokus dan menyelesaikan tugas dengan baik akan menurun drastis. Ini bisa berdampak pada kualitas kerja yang menurun dan kesalahan yang lebih sering terjadi.

2. Penurunan Kesehatan Mental

"Jam koma" dapat menyebabkan kelelahan emosional, kecemasan, bahkan depresi. Menurut penelitian dari Journal of Occupational Health Psychology, kelelahan kerja yang berkelanjutan tanpa pemulihan yang cukup dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti burnout.

3. Penurunan Kesehatan Fisik

Kurangnya istirahat dan tekanan kerja yang tinggi dapat berdampak pada kesehatan fisik. Orang yang mengalami "jam koma" berisiko mengalami sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, hingga penyakit kronis seperti hipertensi dan masalah jantung.

Mengapa "Jam Koma" Terjadi?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena ini semakin sering terjadi, antara lain:

- Tuntutan Pekerjaan yang Tinggi

Banyak perusahaan atau lingkungan kerja yang menuntut pekerjanya untuk selalu aktif dan produktif tanpa memperhatikan kebutuhan istirahat.

- Budaya Kerja Tanpa Batas

Di era digital, batasan antara waktu kerja dan waktu istirahat semakin kabur. Pekerjaan sering kali mengikuti seseorang hingga ke rumah, bahkan setelah jam kerja seharusnya selesai.

- Tekanan Sosial dan Ekonomi

Banyak orang yang merasa harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan ekonomi atau mengejar ekspektasi sosial, sehingga mengabaikan kebutuhan fisik dan mental mereka sendiri.

Solusi untuk Mengatasi "Jam Koma"

Untuk menghindari "jam koma" dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan:

1. Prioritaskan Waktu Istirahat

Penting untuk menyadari bahwa tubuh dan otak membutuhkan istirahat untuk pulih. Cobalah untuk menetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu istirahat. Gunakan waktu tersebut untuk relaksasi, seperti tidur, meditasi, atau melakukan hobi yang menyenangkan.

2. Latihan Manajemen Waktu

Manajemen waktu yang efektif dapat membantu mengurangi risiko "jam koma". Prioritaskan tugas yang penting, hindari multitasking yang berlebihan, dan alokasikan waktu untuk rehat singkat di tengah hari. Metode seperti teknik Pomodoro, di mana seseorang bekerja selama 25 menit lalu istirahat selama 5 menit, bisa membantu mengatur ritme kerja agar lebih seimbang.

3. Belajar Mengatakan "Tidak"

Terkadang, kita perlu menolak tugas tambahan atau permintaan yang bisa membebani diri. Penting untuk memahami batas kemampuan dan menyampaikan dengan tegas ketika kita sudah mencapai kapasitas maksimum. Berkomunikasi dengan atasan atau rekan kerja mengenai beban yang sudah cukup besar dapat membantu menghindari situasi overload.

4. Lakukan Self-Care Secara Rutin

Meluangkan waktu untuk merawat diri sangat penting. Lakukan aktivitas yang bisa menenangkan, seperti berolahraga, yoga, membaca, atau berjalan-jalan di alam terbuka. Dengan menjaga kesejahteraan diri, tubuh dan pikiran kita akan lebih siap menghadapi beban kerja tanpa harus terjebak dalam "jam koma".

5. Tingkatkan Kesadaran Diri (Mindfulness)

Mindfulness adalah teknik yang dapat membantu seseorang tetap fokus dan hadir di saat ini. Dengan melatih mindfulness, seseorang dapat lebih peka terhadap tanda-tanda kelelahan dan segera mengambil tindakan untuk istirahat sebelum mencapai "jam koma".

Fenomena "jam koma" adalah pengingat bahwa tubuh dan otak manusia memiliki batasan. Kelelahan akibat beban kerja yang berlebihan tidak hanya mengurangi produktivitas, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik. 

Penting bagi setiap individu untuk belajar mendengarkan tubuhnya dan menyeimbangkan antara pekerjaan dan waktu istirahat. Dengan menerapkan strategi manajemen waktu, menjaga self-care, dan membatasi beban kerja, "jam koma" bisa dihindari dan keseimbangan hidup yang lebih sehat bisa tercapai. 

Penting juga untuk kita selalu mengutamakan kesehatan karena, seperti kata pepatah, "kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya."

Semoga bermanfaat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun