Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Traffic Stress Syndrom, Gejala dan Solusinya

8 Oktober 2024   20:51 Diperbarui: 8 Oktober 2024   21:28 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari, jutaan orang menghabiskan waktu di jalan, terjebak dalam kemacetan dan hiruk-pikuk lalu lintas. Polusi suara dari klakson kendaraan, panas matahari yang menyengat, dan waktu yang terbuang percuma di tengah kemacetan bisa menjadi pengalaman yang sangat melelahkan. Ini bukan hanya masalah fisik, tetapi juga mental. Pernahkah Anda merasa cemas, marah, atau bahkan kelelahan setelah lama terjebak di lalu lintas? Jika iya, mungkin Anda mengalami Traffic Stress Syndrome (TSS).

Apa Itu Traffic Stress Syndrome?

Traffic Stress Syndrome adalah kondisi yang terjadi akibat paparan stres berulang dan berkepanjangan saat berkendara di lalu lintas yang padat. 

Kondisi ini bukanlah gangguan mental resmi menurut kriteria diagnosis seperti DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), tetapi gejalanya dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang dengan serius. 

Kemacetan dan lingkungan jalan yang penuh tekanan dapat memicu respons stres dalam tubuh, yang jika terjadi terus-menerus, dapat berdampak buruk pada kesejahteraan fisik dan emosional.

Sebuah studi dari Journal of Transportation Research pada tahun 2020 menunjukkan bahwa paparan kemacetan lalu lintas yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi. 

Selain itu, survei yang dilakukan oleh American Psychological Association pada tahun yang sama mengungkapkan bahwa lebih dari 40% pengemudi yang terjebak dalam kemacetan mengalami peningkatan tekanan darah dan tingkat kecemasan.

Gejala Traffic Stress Syndrome

Gejala Traffic Stress Syndrome bisa bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada seberapa sering dan intens individu terpapar stres saat berkendara. Berikut adalah beberapa gejala umum:

- Emosi Negatif: 

Merasa marah, frustrasi, cemas, atau gelisah setiap kali berada di tengah kemacetan lalu lintas.

- Tegangan Otot dan Ketegangan Fisik: 

Merasakan ketegangan di otot leher, bahu, dan punggung akibat posisi duduk yang terlalu lama dan stres.

- Sakit Kepala atau Migraine: 

Polusi suara dan tekanan mental dapat memicu sakit kepala atau migrain.

- Kelelahan Mental: 

Merasa lelah dan tidak bersemangat setelah berkendara di tengah kemacetan.

- Reaksi Fisik: 

Tekanan darah meningkat, denyut jantung bertambah cepat, atau bahkan sesak napas saat terjebak dalam kemacetan.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di International Journal of Environmental Research and Public Health pada 2021 menyatakan bahwa stres akibat lalu lintas dapat memicu respons fight or flight pada tubuh. 

Respons ini meningkatkan produksi hormon stres seperti kortisol, yang jika terjadi secara berlebihan dan berkepanjangan, dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang.

Dampak Traffic Stress Syndrome pada Kesehatan

Paparan stres lalu lintas yang terus-menerus bukan hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga fisik. Berikut beberapa dampaknya:

- Masalah Kardiovaskular: 

Stres kronis akibat kemacetan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan detak jantung, yang meningkatkan risiko penyakit jantung.

- Gangguan Tidur: 

Stres dan kecemasan akibat pengalaman lalu lintas dapat mengganggu pola tidur seseorang, sehingga menyebabkan masalah seperti insomnia.

- Penurunan Kualitas Hidup: 

Terjebak dalam kemacetan setiap hari dapat mengurangi waktu yang dihabiskan dengan keluarga dan mengurangi waktu untuk aktivitas yang menyenangkan, sehingga menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Menurut World Health Organization (WHO), stres yang berkepanjangan akibat kondisi lingkungan, termasuk lalu lintas, dapat memperburuk kondisi kesehatan umum dan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti hipertensi dan gangguan metabolik.

Solusi untuk Mengatasi Traffic Stress Syndrome

Meskipun kemacetan lalu lintas sulit dihindari, ada beberapa strategi yang dapat membantu mengurangi dampak negatif dari *Traffic Stress Syndrome*:

- Rencanakan Rute dan Waktu Perjalanan: 

Memilih waktu perjalanan yang kurang padat atau menggunakan aplikasi navigasi untuk menghindari titik kemacetan dapat mengurangi paparan stres.

- Manajemen Emosi: 

Latihan pernapasan atau teknik meditasi bisa dilakukan saat berada di tengah kemacetan untuk membantu mengurangi stres. Cobalah tarik napas dalam-dalam selama 4 detik, tahan selama 4 detik, dan hembuskan perlahan selama 4 detik untuk menenangkan pikiran.

- Dengarkan Musik atau Podcast: 

Mendengarkan musik yang menenangkan atau podcast yang menarik dapat membantu mengalihkan perhatian dari kemacetan dan mengurangi kecemasan.

- Pertimbangkan Transportasi Alternatif: 

Jika memungkinkan, menggunakan transportasi umum, bersepeda, atau bekerja dari rumah (work from home) dapat menjadi solusi untuk menghindari stres berkendara.

- Terapi Psikologis: 

Jika gejala yang dialami sudah mengganggu keseharian, berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental seperti psikolog atau terapis bisa menjadi langkah yang efektif. Terapi perilaku kognitif (CBT) sering digunakan untuk membantu individu mengatasi stres dan kecemasan.

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Mengatasi Masalah Kemacetan

Selain strategi individual, peran pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam mengurangi kemacetan dan dampak negatifnya. Pemerintah perlu terus meningkatkan infrastruktur transportasi umum yang nyaman dan efisien, serta mengembangkan sistem transportasi yang ramah lingkungan untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan.

Masyarakat juga perlu didorong untuk lebih sadar akan manfaat menggunakan transportasi publik dan bersepeda. Kebijakan park and ride, pembangunan jalur sepeda yang aman, serta kampanye kesadaran akan pentingnya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi bisa menjadi solusi jangka panjang yang efektif.

Traffic Stress Syndrome adalah masalah yang nyata dan dapat berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Mengatasi masalah ini memerlukan kesadaran individu untuk mengelola stres, serta dukungan dari pemerintah dalam menciptakan sistem transportasi yang lebih efisien. 

Dengan demikian, kita bisa bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih sehat, baik secara fisik maupun mental, bagi setiap pengguna jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun