Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tantangan dan Strategi Pengembangan Desa Wisata yang Berkelanjutan

7 Oktober 2024   15:28 Diperbarui: 7 Oktober 2024   15:36 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa wisata Panglipuran masuk kedalam top 100 desa wisata dunia yang berkelanjutan (sumber gambar:kemenparekraf via Kompas)

Menurut laporan dari Asian Development Bank (2023), 35% desa wisata di Asia Tenggara mengalami penurunan pendapatan drastis saat pandemi Covid-19, menunjukkan pentingnya diversifikasi ekonomi.

2. Overtourism dan Degradasi Lingkungan 

Tanpa manajemen yang baik, desa wisata rentan mengalami overtourism, yang dapat merusak lingkungan dan mengurangi keaslian budaya. Desa Penglipuran di Bali, misalnya, telah berjuang menghadapi tantangan ini dengan membatasi jumlah pengunjung harian dan memberlakukan aturan ketat untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. 

Mengutip data dari Global Sustainable Tourism Council (GSTC, 2023) menunjukkan bahwa desa wisata yang menerapkan batasan dan regulasi cenderung lebih berhasil menjaga kelestarian lingkungan dibandingkan yang tidak.

Strategi Mengoptimalkan Potensi Desa Wisata Berkelanjutan

1. Pengelolaan Berbasis Komunitas  

Pengelolaan berbasis komunitas adalah kunci dalam menciptakan desa wisata yang berkelanjutan. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengambilan keputusan, desa wisata dapat memastikan bahwa pembangunan sesuai dengan kebutuhan lokal dan menjaga nilai-nilai budaya setempat. 

Menurut International Labour Organization (ILO, 2023), desa wisata berbasis komunitas mampu meningkatkan pendapatan rata-rata keluarga hingga 50%, serta mengurangi pengangguran lokal.

2. Infrastruktur Berkelanjutan dan Teknologi Hijau

Investasi dalam infrastruktur ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan sistem pengelolaan limbah, penting untuk mendukung pariwisata berkelanjutan. 

Desa Nglanggeran di Yogyakarta, misalnya, menggunakan panel surya untuk menyediakan listrik di beberapa area wisata, yang tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga menghemat biaya operasional. 

Menurut laporan dari International Renewable Energy Agency (IRENA, 2023), desa wisata yang berinvestasi pada teknologi hijau dapat mengurangi emisi karbon hingga 60%.

3. Diversifikasi Produk Wisata dan Pelatihan Masyarakat  

Untuk mengurangi ketergantungan pada kunjungan wisatawan, desa wisata dapat mengembangkan produk wisata alternatif seperti ekowisata, wisata edukatif, atau agrowisata. 

Misalnya, desa wisata di wilayah Lombok kini mengembangkan wisata perkebunan kopi dan cokelat sebagai daya tarik tambahan. Selain itu, memberikan pelatihan keterampilan baru kepada masyarakat, seperti pelatihan bahasa asing atau manajemen bisnis, akan meningkatkan daya saing dan keberlanjutan ekonomi desa. 

Menurut data dari Ministry of Tourism and Creative Economy (2023) menunjukkan bahwa desa wisata yang mengembangkan lebih dari satu jenis produk wisata cenderung memiliki tingkat kunjungan yang lebih stabil.

4. Promosi dan Branding yang Efektif  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun