Di era media sosial yang serba digital, simbol-simbol seperti "centang biru" telah berubah menjadi penanda status yang signifikan. Awalnya, centang biru hanya menjadi verifikasi resmi akun tokoh publik, selebriti, atau merek ternama. Namun, kini, centang biru telah menjadi simbol kekuasaan sosial di dunia maya. Mengapa fenomena ini begitu menguat, dan apakah ini pertanda krisis pengakuan sosial yang lebih dalam?
Fenomena centang biru tidak hanya mencerminkan status online, tetapi juga menyoroti bagaimana media sosial membentuk persepsi kita tentang identitas, pengakuan, dan validasi. Simbol ini tampak sederhana, namun di baliknya tersembunyi berbagai dinamika psikologis dan sosial yang memengaruhi perilaku kita di internet.
Mengapa Centang Biru Begitu Penting?
Fenomena centang biru mulai menarik perhatian karena penggunaannya yang eksklusif. Pada awalnya, platform seperti Twitter, Instagram, dan Facebook memberikannya untuk memverifikasi keaslian akun publik figur atau lembaga penting agar publik tahu bahwa informasi yang dibagikan memang dari sumber resmi. Namun, lambat laun, centang biru mulai diinginkan oleh pengguna lain sebagai bentuk pengakuan atau validasi eksistensi mereka di dunia digital.
Menurut riset yang dilakukan oleh Sprout Social pada 2022, lebih dari 40% pengguna media sosial mengaku bahwa akun yang memiliki centang biru lebih mereka percayai, bahkan jika mereka tidak mengenal pemilik akun secara pribadi.
Angka ini menunjukkan bahwa pengguna media sosial mengaitkan simbol ini dengan otoritas dan kepercayaan, meski verifikasi akun tidak selalu berhubungan dengan kualitas atau kejujuran konten yang dibagikan.
Lebih menarik lagi, survei dari Hootsuite menemukan bahwa lebih dari 30% pengguna di bawah usia 30 tahun merasa lebih terpacu untuk memverifikasi akun mereka karena melihatnya sebagai simbol status sosial.
Fenomena ini artinya menunjukkan adanya tekanan sosial di dunia maya yang mendorong seseorang untuk mendapatkan pengakuan.
Centang Biru dan Krisis Pengakuan Sosial
Centang biru dapat dianggap sebagai respons terhadap kebutuhan manusia akan pengakuan. Dalam psikologi sosial, kita belajar bahwa manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk diakui dan dihargai oleh orang lain.